Pada hari itu adalah hari Jumat tanggal 17 November. Hari di mana kegiatan Laksana Pramuka dilaksanakan. Anggota Pramuka SMA Taruna berangkat ke pantai dengan naik bus pada pukul setengah lima sore. Perjalanan menggunakan bus memakan waktu sekitar setengah jam lamanya. Mereka akhirnya sampai di lokasi pada jam lima sore.
Suara deburan ombak begitu menggelitik telinga. Angin berdesir menghalau hawa yang sedikit panas. Satu per satu anggota Pramuka turun dari bus dan langsung memijak tanah berpasir. Zalfa seketika terpana memandang sekeliling pantai. Dia dan teman-temannya lalu duduk di tepi pantai untuk melaksanakan briefing.
Usai melaksanakan briefing, peserta Laksana segera berbaris dipimpin oleh Pradana, ialah Ali Yahya, di posisi paling depan. Mereka pun memulai perjalanan menuju titik temu kembali yaitu di SMA Taruna.
Anggota Pramuka berjalan kaki dengan posisi barisan dua berbanjar. Menapaki jalan setapak sekitar lingkungan pantai. Cuaca yang sedang mendung cukup meresahkan bagi mereka. Hujan bisa turun kapan saja.
Di posisi barisan ketiga, tampak Zalfa berjalan beriringan bersama Andien. Keduanya sesekali berbicara mengenai kenampakan lingkungan sekitar.
"Dari tadi belum nampak juga jalan beraspal. Jalan di hutan sekitar pantai gini sepi banget bikin takut," cetus Andien mengusap-usap kedua lengan atasnya sendiri.
"Nggak perlu takut. Kita diawasi pembina sama polisi di belakang," sanggah Zalfa seraya menunjuk ke arah belakang barisan tempat mobil pembina dan anggota kepolisian berada. Mobil itu dikendarai dengan kecepatan pelan.
Setitik air tetiba jatuh mengenai pucuk kepala Zalfa. Beberapa detik kemudian, rintik hujan ramai datang membasahi seragam para anggota Pramuka. Hujan turun begitu derasnya. Masing-masing dari mereka sontak berhenti berjalan. Membuka ransel, segera mengambil dan memakai jas hujan.
"Ayo, cepat! Dipakai jas hujannya!" seru Pak Nur Huda keras seraya nongol dari jendela mobil polisi.
"Aduh, ribet banget mesti pakai jas hujan gini!" keluh Fahmi seraya memakai jas hujan berwarna kuning.
"Semoga hujannya gak lama, ya, Mi," ujar Ali di samping Fahmi.
"Demi lencana Laksana, sampe hujan-hujanan begini," keluh Zalfa yang telah selesai memakai jas hujan berwarna abu.
"Sudah pakai jas hujan semua, teman-teman?" seru Ali kepada teman-temannya.
"Sudah!" Anggota Pramuka menjawab dengan kompak.
"Ayo, lanjut jalan!"
Dipimpin oleh Ali Yahya, anggota Pramuka kembali berjalan kaki diikuti mobil kepolisian di belakang. Hujan semakin berderai membasahi jas hujan mereka. Langit yang gelap mulai bergemuruh disusul kilatan dan kerasnya suara petir.
Sudah satu jam sekiranya anggota Pramuka berjalan kaki di jalan setapak bertemankan hujan deras. Mereka kini sampai di jalan beraspal sekitar wilayah pemukiman warga. Mereka lalu berhenti di masjid untuk istirahat, sholat, dan makan bersama.
Usai sholat maghrib berjamaah, anggota Pramuka kini sedang makan bersama di teras masjid. Hujan belum juga berhenti membasahi jalanan petang hari. Mereka mulai resah sebab hujan deras dapat memperlambat perjalanan nanti.
"Fa, telor asinnya gak dimakan? Buat gue aja, ya?" tanya Fahmi yang sedang makan di sebelah sahabat ketusnya.
"Ya udah, nih." Tanpa berpikir lama, Zalfa memberikan telur asin bagiannya pada Fahmi.
"Hujannya deres banget," keluh Fahmi seraya mengelupas kulit telur asin.
"Udah gitu dipaksa jalan terus lagi," tambah Zalfa seraya mengunyah nasi berlauk sayur tempe.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVANIA
Teen Fiction[ Bukan cerita BL ] Kisahnya Zalfania Fransisca Tita. Punya tetangga tingkahnya lawak parah, tiada hari tanpa dibuat marah. Sudah punya banyak masalah, dibuat marah pula. Kesal-lah! Kisahnya Fahmi Ramadan. Punya teman masa kecil tingkahnya kaku para...