A Real Sense Of Worry

71 6 0
                                    

BRAK !!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAK !!

Ryder membuka pintu rumahnya dengan gebrakan yang cukup keras. Ia segera masuk ke dalam rumah seraya mencari keberadaan Elsa. Bersamaan dengan itu, Elsa sendiri langsung menuruni anak tangga dari lantai dua karena ia terkejut mendengar suara pintu yang dibanting.

"Ada apa, Gavin?" tanya Elsa sesampainya ia di hadapan putra angkatnya.

"Mama itu sebenarnya orang kayak apa?" cecar Ryder seraya menunjuk wajah Elsa.

Elsa terlihat masih sangat kebingungan. Ia segera meraih tangan Ryder yang sedang menunjuk wajahnya. Tapi, secepat kilat Ryder menghempaskan tangan wanita tersebut.

"Kenapa Mama tega bohongin Gavin?" Ryder kembali mencecar dengan penuh emosi.

"Mama gak ngerti maksud kamu, Gavin! Kalo bertanya itu, yang jelas!" Elsa tampak menegaskan karena ia semakin tidak mengerti.

"Dulu, Mama pernah mencoba untuk melenyapkan Saga, bukan?"

Elsa langsung terdiam setelah ia mendengar pertanyaan dari Ryder. Ia hanya menatap wajah sang putra angkat dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Kenapa Mama diem? Mama lagi mikirin alasan apa lagi yang bisa Mama pake buat nutupin semua kesalahan Mama sama Gavin? Iya?" Ryder benar-benar sudah berada pada puncak rasa marahnya.

"Apa Tiva yang cerita semua itu ke kamu?" Elsa balik bertanya seraya mempertajam tatapannya.

"Itu gak penting, Ma! Aku cuma pengen denger alasannya dari mulut Mama sendiri!" sentak Ryder. Ini adalah kali pertamanya berbicara dengan Elsa menggunakan nada yang begitu tinggi.

Elsa mengangkat kedua tangannya seraya mengusap kedua lengan Ryder. "Tiva cerita kayak gitu pasti buat ngehancurin hidup Mama lagi, Nak! Setelah suaminya melenyapkan nyawa pria yang paling Mama cintai. Sekarang, Tiva juga mau memisahkan kamu dari Mama!"

Ryder lantas menggertakkan giginya setelah ia mendengar alasan yang dibuat oleh Elsa. Dari sini ia sudah bisa menyimpulkan, jika wanita yang telah menguruskan itu tidak bisa diajak bicara dengan benar.

Selain itu, Ryder sudah tidak memiliki tenaga untuk menyela ucapan Elsa yang terdengar sangat menyimpang dari cerita yang sudah Tiva dan Calvin beberkan padanya. Bahkan, dari penuturan Jansen dan Qhiso yang sudah Ryder dengan secara tidak sengaja.

Ryder kembali menghempaskan tangan Elsa seraya beranjak dari sana. Ia mulai menaiki anak tangga yang diekori oleh Elsa di belakangnya.

"Gavin, kita belum selesai bicara!" tegas Elsa sembari terus mencoba untuk menghentikan langkah Ryder.

Namun, Ryder sudah tidak ingin mendengar alasan apa pun lagi dari mulut wanita tersebut. Ia terus melangkahkan kakinya dengan cepat hingga ia masuk ke dalam kamar, kemudian ia membuka pintu lemari pakaiannya seraya meraih satu tas jinjing berukuran cukup besar dari dalam sana.

NOCTIS SAGARA RYDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang