Another Harsh Reality

75 7 0
                                    

Hari ini, Elsa terlihat sedang duduk di sebuah kursi kayu yang terdapat di area rooftop cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, Elsa terlihat sedang duduk di sebuah kursi kayu yang terdapat di area rooftop cafe. Di atas meja di hadapannya, sudah tersaji dua cangkir kopi panas yang wanginya sungguh menggoda.

Dua cangkir? Hm ... sepertinya, Elsa sedang menunggu kedatangan seseorang.

Beberapa saat kemudian, Elsa melihat orang yang sedang ia tunggu, mulai muncul dari area tangga cafe tersebut. Orang itu tampak mengenakan kaos singlet putih yang dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam.

Ya ... siapa lagi kalo bukan, Eisa.

Ketika terakhir kali Eisa berkunjung ke rumah Elsa, ia memang sempat menawarkan sebuah kerja sama setelah Elsa menceritakan perihal masalahnya dengan Ryder dan keluarga Dimitra.

Awalnya, Elsa menolak secara halus karena ia tidak ingin melibatkan Eisa dalam urusannya. Selain itu, yang Elsa tahu, Eisa adalah teman Ryder yang sangat baik. Untuk itu, Elsa tidak mau menjerumuskan Eisa ke dalam masalahnya yang kelam.

Namun, mantan dokter kandungan itu merubah pikirannya ketika ia melihat Ryder pergi dari rumah, tanpa memaafkannya. Bukannya melunak, Elsa malah semakin memendam rasa dendam pada keluarga Dimitra karena ia mengira Ryder telah terhasut oleh mereka.

"Jadi, gimana, Tante?" tanya Eisa setelah ia duduk di hadapan Elsa.

Elsa tampak meraup oksigen cukup banyak sebelum ia menceritakan keluhannya. "Gavin pergi dari rumah setelah keluarga Dimitra menceritakan semua padanya."

Eisa lantas menyeringai samar. "Padahal, dia bukan anak kecil. Harusnya, dia bisa melihat Tante yang sudah mengurusnya sejak dia masih kecil, hingga dia bisa menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir seperti sekarang."

"Sepertinya, keluarga Dimitra itu benar-benar udah mencuci otak Gavin. Tante juga gak tau harus gimana buat bikin dia balik lagi sama Tante," keluh Elsa sembari mengusap singkat keningnya.

"Tante yakin, ingin Ryder kembali sama Tante? Apa Tante ... gak merasa terkhianati sama anak itu?" tanya Eisa, dibuat-buat seakan terdengar ragu agar Elsa terprovokasi.

"Maksud kamu?" Elsa balik bertanya seraya mengerutkan dahinya.

"Gimana kalo Ryder meminta keluarga Dimitra itu untuk mengusut kembali kasus Tante dulu?" tanya Eisa lagi, kali ini dengan sedikit santai.

"Lagi pula, kasus Tante udah beres dan dulu Tante bisa bebas dengan membayar sejumlah uang jaminan," kilah Elsa.

"Tapi, bagaimana dengan kasus penculikan Ryder?"

Degh ...

Bingo!

Sepertinya, umpan telah masuk ke dalam perangkap yang sudah direncanakan oleh Eisa. Melihat, betapa tersentaknya Elsa ketika Eisa bertanya seperti itu.

"Jangan lupa, dulu, Tante membawa pergi Ryder secara paksa ketika dia masih kecil. Bahkan, dia masih kelas satu SD. Itu termasuk kasus penculikan, bukan?" Eisa kembali memprovokasi Elsa yang masih terdiam tanpa bersuara.

NOCTIS SAGARA RYDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang