3. Mundur

19 4 0
                                    


Who’s Nana? 3. Mundur

Jemima pov

Menoleh ke arah jalan yang kutinggalkan. Roda mobil melaju pelan dan semakin cepat meninggalkan rumah sakit.

Beberapa menit sebelumnya, Heo Ara sempat meneleponku agar Lembah Manah kembali menjemputku dengan motornya. Tapi, aku telah memesan sebuah taksi, selain … kupikir akan sulit untuk duduk di atas jok motor. Area selangkanganku masih cukup nyeri. 

Aku bingung, saat berjalan keluar dari rumah sakit pun hampir terhuyung jatuh jika saja penjaga di sana tidak meraih tubuhku untuk membantu duduk beberapa saat.

Apakah setiap pasien yang melakukan prosedur pemeriksaan merasakan hal sama?

Getar ponsel menghentikan lamunanku. Kulihat itu pesan dari Yuka.

“Aku akan gym sebentar.” 

Setelah membaca pesan singkatnya dengan cepat aku meneleponnya, bahkan tanpa berpikir lebih.

“Kau … bukankah ada jadwal ke rumah sakit?”

“Nde, aku baru keluar dari area rumah sakit. Menggunakan taksi.”

“Kau tidak membangunkan aku tadi?”

“T-tidak. Aku baik-baik saja. Hanya berpikir untuk mengirim pesan padamu beberapa saat lalu.”

“Hem, baiklah.”

Menyimpan sendiri rasa sakitku lebih baik, meski sempat merasa sedikit oleng tadi. 

____________

“Tidurlah! Kau butuh istirahat!” ucap Heo Ara ketika aku telah berada di rumah. Kupikir rasa nyeri dan ngilu mulai mengikat erat kedua kakiku.

Tanpa minum obat apapun, hanya istirahat dan berusaha berjalan di pagi hari. Mungkin semua hanya karena prosedur pemeriksaan, setidaknya itu yang kupikirkan saat ini.

Yuka pun terlihat tidak lagi mengamatiku. Benar, dia seorang majikan yang seharusnya memiliki setumpuk urusan penting. 

Selama beberapa hari menunggu hasil tes, aku hanya bekerja seperti biasa, meski kadang cukup memaksakan diri karena rasa nyeri yang masih hilang timbul, terutama untuk duduk yang menekan area intimku.

“Kau baik?” Sesekali Heo Ara menanyakan hal sama. Aku hanya mengabaikan setiap dari mereka. Tiduran saja hanya akan memperjelas setiap respon tubuhku. 

Setidaknya bersenda gurau dengan Lembah, Nick, serta Eun Joon cukup menghibur.

Mereka cukup dekat untuk bisa diajak minum teh di malam hari selain Heo Ara tentunya.

Pembicaraan kami terhenti ketika ponselku bergetar.

“Agassi?” sahut Nick dengan senyum, matanya menyipit.

“Dia diam, pasti Agassi.” Itu Eun Joon yang mengimbuhi.

Aku hanya membaca sekilas lalu kembali menampilkan senyum seperti biasa. “Kalian mau es krim?” tanyaku random.

Berpikir untuk menyenangkan teman-temanku sebelum besok pagi mengambil hasil tes ke rumah sakit. Dadaku berdenyut panas dengan rasa nyeri oleh ketakutan yang membayangi. Namun, ini adalah fase yang harus kulewati. 

“Jinjjayo? Kau membelikan kami es krim?” Nick begitu bersemangat. Pipinya yang merah menggemaskan.

Hanya beberapa belas menit seseorang dari layanan pesan antar telah sampai. 

“Kau baik?” tanya Lembah Manah. Aku tahu dia adalah asisten pribadi Yuka, selain Oh Yoora. Lalu menjadi dekat denganku layaknya saudara cukup menyenangkan. 

Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang