15. Sesal

11 0 0
                                    


Who's Nana? 15. Sesal

Dua hari berlalu sejak percakapan absurd di dalam kamar mandi. Namun, rasa canggung masih memeluk Jemima dari Yuka.

Setiap kalimat yang meluncur dari mulutnya bergeser jauh dari pikirannya. Cukup jauh dari pemikiran yang membawa angannya hanyut hingga menari di dalam mimpi.

Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya mulutnya mendecih. Sesekali pula gadis tersebut menggeram pada dirinya sendiri mengutuki mulutnya yang bekerja jauh dari pikirannya.

Seharusnya Jemima maju untuk menyerah, mengharap belas kasih karena telah bersalah. Dari awal dia menggunakan punggung Yuka untuk berlindung dari rasa takut, lalu menjadi serakah untuk menarik perhatian wanita dominan tersebut.

Tapi, semua kalimat yang berputar dalam kepalanya seolah memudar atau terbang tersapu angin ketika tubuh mereka berhimpitan. Ketika punggung Jemima dapat merasakan debar jantung Yuka yang saat itu terasa tenang dan teratur, jiwa liarnya meronta.

Telah menjadi hukum alam ketika setiap gadis memiliki sisi egois. Bagaimanapun mereka menghafal kata maaf, saat berada di sekitar pemilik hatinya maka hanya ego yang berbicara dengan keras.

Saat ini Jemima berhenti dari berjalan di sekitar halaman depan paviliun tempatnya tinggal untuk duduk di set kursi menikmati hangat sinar matahari pagi yang seolah memeluknya erat.

Di sampingnya telah duduk Lembah Manah dengan menawarkan mug berisi teh hangat.

"Masih terasa sakit?"

Jemima tersenyum tipis. "Semua butuh proses. Tapi ... setidaknya respon tubuhku telah membaik. Mual dan kembung telah cukup berkurang."

Lalu keduanya terdiam menikmati udara pagi yang cukup segar. Lembah Manah adalah salah satu orang yang bisa mendekat dengan aman untuk jarak yang terbilang dekat setelah Yuka. Selain Nick, serta Eun Joon tentunya.

Yuka mengatur ketiga orang tersebut agar selalu berada di sekitar Jemima setiap waktu. Ketika gadis tersebut memasuki paviliun mereka pun mengikuti.

Hanya memastikan bahwa Jemima nyaman dan tidak melakukan pekerjaan berat, serta aman.

Sementara dari jarak yang cukup jauh terlihat Yuka yang tengah duduk mengamati keduanya sembari menyeruput secangkir teh hangat. Tak jauh dari Jemima, rasa canggung merengkuhnya kuat bahkan jauh sebelum gadis tersebut menyuarakan protesnya.

Tidak ..., yang benar adalah sejak malam ketika dia bermimpi di mana Jemima marah, lalu otak cerdas Yuka telah berlari jauh untuk menyimpulkan bahwa mungkin gadisnya telah berhenti dari menyukainya.

Pemikiran yang diperkuat oleh beberapa kalimat yang terlontar dari mulut Jemima dua malam lalu. Lalu Yuka mulai bingung dengan respon gadis tersebut. Karena, nyata bahwa dia tidak sedikitpun menunjukkan penolakan terhadap setiap perlakuannya.

Jadi, mungkin Jemima tengah bimbang dengan dirinya sendiri.

Meski ... setiap penolakan yang mungkin Yuka terima, tidak akan menyurutkan langkahnya untuk tetap berada begitu dekat dengan Jemima. Namun, kini dia mulai berpikir untuk mencari cara agar diterima seutuhnya.

Ini bukan tentang tanggung jawab, meski itu yang mendasari semua. Namun, Yuka telah terusik oleh pernyataan 'berhenti mengejar'. Ego di dalam jiwa dominan Han Yuka tergores. Berpikir melepaskan sosok polos di depan sana membuatnya pusing.

Sementara berkutat dengan pikirannya, wanita dominan tersebut bahkan tidak menyadari adiknya telah mendudukkan diri di dekatnya bersama Nitta Shin.

"Apakah kau juga merasa waspada dengan kedekatan keduanya?" Pertanyaan Junho membuyarkan lamunan Yuka.

Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang