Who's Nana? 21. Hampir sajaTelah lebih dari setengah jam Jemima berbaring di atas lantai pinggiran kolam ikan dangkal yang berada di halaman belakang paviliun.
Beberapa saat lalu lima pria tampan dari rumah Yuka dibuat bungkam oleh kalimat tanya yang terlontar begitu saja dari mulutnya.
Jemima belum pernah menenggak minuman beralkohol. Kenyataan bahwa toleransi tubuhnya cukup rendah, kadar 40% pun menjadikannya lengah dan begitu saja kehilangan dirinya.
Jika saja Nick tidak membujuk untuk berbaring beralaskan kasur, maka kulit putihnya tentu telah beradu dengan lantai dingin.
Tidak banyak pergerakan berarti dari Jemima, hanya mencelupkan jari-jari rampingnya ke dalam air untuk menciptakan gejolak, riak tak berarti. Beberapa ikan bahkan mendekat untuk menarik perhatiannya.
Posisi tubuhnya tengkurap, seolah sosok lemah yang tidak lagi memiliki tenaga bahkan untuk duduk.
Sementara Lembah Manah, Han Junho, Nick, serta Eun Joon memperhatikan gadis mereka dari jarak lima meter. Sesekali setiap dari pria tampan tersebut melanjutkan untuk mengunyah snack yang dibeli Jemima.
Situasi mirip tengah menonton pertunjukan, karena mereka sengaja memindah posisi set sofa menjadi sejajar menghadap Jemima.
Bukan tidak takut, mereka bahkan siap untuk mendapat amukan dari Yuka yang tengah dalam perjalanan pulang dari kantor.
Benar, sesuai perkiraan. Yuka telah sampai setelah 10 menit berlalu.
Langkah kaki tegas dan terdengar menggebu disambut oleh Jade Wu. Menjadikan keempat orang lain ikut merasakan gugup.
Aura dominan dari sang pemilik rumah menguar dengan pekat, penuh rasa amarah tertahan.
Sebelumnya, Jade telah memberitahu wanita dominan tersebut situasi yang mungkin menjadikan Jemima seperti ini. Jauh dari dirinya.
Seolah hilang Jemima yang biasanya menggunakan logika.
"Panggil Zahir untukku, Hyung! Biarkan kami bertiga berbicara setelah semua terkendali!"
"Baik, Agassi." Jade Wu menunduk menekuk wajahnya. Merasa telah gagal menjaga sang majikan.
Namun, Yuka menepuk lengannya untuk beberapa kata penenang. "Bukan salahmu. Ini tentang aku dan dia."
Langkah kaki Yuka berhenti di samping Jemima. Wanita tersebut merendahkan tubuhnya untuk meraih tubuh kesayangannya yang semakin terlihat berisi.
"Kau suka dengan mereka?" tanya Yuka.
Sedikit terkesiap, Jemima membalik tubuhnya untuk menatap Yuka. Hembusan angin perlahan memulihkan kewarasannya, dia dapat melihat dengan jelas sosok yang menjadikannya tantrum.
"K-kau pulang?"
"Karena kau lebih dulu pulang tanpa memberitahu aku."
"Hanya untuk mengganggu kalian?" tanya Jemima, otaknya kembali pada kejadian tadi pagi ketika jemari Yuka mengusap lembut pipi Nana.
Bibirnya merengut kesal.
Yuka berharap bisa meramal atau setidaknya membaca pikiran sosok di depannya. Hanya kelakuan Zahir yang terpikirkan olehnya saat ini.
Jika sebelumnya dia salah telah mengira kedekatan mereka, maka kini Yuka semakin yakin bahwa lelaki asal Indo itu harus dibuang jauh dari Jemima.
"Aku memang tidak bisa membaca maumu, tapi setidaknya bisa mengambil sikap agar kau nyaman."
Jemima beranjak duduk. "Benarkah? Kau yakin bisa? Uhm ... aku tidak." Jemima menunjukkan senyum, di saat yang sama tatapan matanya berubah nanar. Itu hanya sebuah senyum perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️
RomanceSeperti biasa, NC21+ dan epilog bisa kalian baca di Karyakarsa. Cek link di bio aku yaa ... Warning! Smut 21+ GXG | LGBTQ+ | GL | Area Pelangi 🌈 Jika tidak suka harap skip. ____________________________ Entah rasa ini nyata atau hanya ilusi yang kau...