29. Menantangku?

6 0 0
                                    





Who’s Nana? 29. Menantangku?

“Kau menantangku?” Suara Jemima tidak kalah tegas dan terdengar dingin. Dia hanya takut pada makhluk tak kasat mata. Lalu kenyataan bahwa Abe bisa menjaganya, tentu Yuka bisa sesekali dia abaikan.

“Kau hanya berani dengan mereka yang jelas takut padamu, hemm?”

“Aku?” Jari telunjuk Jemima mengarah pada wajahnya. “Apa yang menjadikanmu yakin akan hal tersebut? Tidak ada alasan untuk mereka merasa takut. Aku bukan seorang penting. Benar …, aku bahkan bukan seorang Han. Hanya ada Nana Agassi di sini. Kau tahu benar apa maksudku.”

Mata Jemima terlihat nanar ketika mengatakannya. Sementara Han Yuka mundur selangkah dari amarahnya, dia bahkan terlihat meneguk ludah kasar. Kalimat yang terlontar dengan ringannya dari tenggorokan Jemima menggetarkan tubuhnya.

Tapi, bukan sekarang.

“Lepaskan jas yang kau pakai!” ucap Jemima dengan senyum smirk kini. Dia tahu bagaimana memainkan emosi Han Yuka.

Tanpa menjawab Han Yuka melepaskan jasnya dan melempar sembarangan, dengan tenang juga membuka kancing di kedua pergelangan tangannya untuk menggulung bagian tersebut hingga siku.

Tiga kancing teratas kemeja telah terbuka sejak dia memasuki mansion.

Keduanya mulai saling serang, maksudnya Han Yuka yang cukup kewalahan menangkis pukulan kekasihnya.

Menjadi suatu dilema untuk melawan seorang yang menurutnya rapuh, karena nyatanya beberapa orang bodyguard terlihat memar oleh pukulan dan tendangan keras gadis tersebut.

Han Yuka harus menyudahi semua ini tanpa menjadikan gadisnya merasa tidak nyaman. Awalnya wanita dominan ini bermaksud menunjukkan bahwa Jemima tidak lebih kuat dari para bodyguard. Namun, setiap gerak tubuh gadis tersebut tidak terlihat memberi ampun pada siapa pun.

Yuka mulai berpikir bahwa Jemima berada di titik sulit untuk percaya pada siapa pun.

“Haruskah kuminta Abe untuk pulang?” tanya Yuka terdengar terputus-putus oleh gerak tubuhnya.

“Haruskah? Kenapa? Beri aku alasan yang bisa kuterima?” Jemima berhenti. Napasnya masih terdengar berat dan memburu. Dia berusaha menetralkannya.

Siapapun dapat merasakan bahwa saat ini lebih mencekam daripada menonton film horor. Kedua penguasa dari keluarga Han terlihat tengah perang dingin.

“Kau merasa tidak lagi membutuhkan aku.”

“Bukankah dia ada untuk mengisi kekosonganmu? Tidak …, tapi mereka. Kau meminta setiap pria keturunan shaman untuk menjaga nyamanku. Kau yang lebih tahu apa maksud kalimatku.”

Han Yuka yang merasa gugup memalingkan wajahnya untuk bertanya pada setiap orang yang ada di ruangan tersebut.

“Apakah kalian yang mengatakan?” Kata-kata Han Yuka terdengar tajam dan dingin. Seolah bisa membekukan kulit dan daging sosok yang dia tuju.

“Tidak, Agassi.”

“Lalu siapa?” Kali ini Han Yuka terdengar sedikit emosi ketika bertanya untuk kedua kali.

“Kau berpikir aku bodoh, ck!” Bibir Jemima terlihat mendecak kesal.

“Bukan seperti itu.” Bibir Han Yuka terlihat bergetar ketika mengatakannya. Hanya Jemima yang bisa meruntuhkan setiap benteng pertahanannya.

Setiap emosi yang sebelumnya selalu samar dan terlihat datar. Siapa pun bisa melihat bahwa Han Yuka lebih bisa menunjukkan ekspresinya.

“Kau tidak yakin dengan kalimat yang kau ucapkan.” Jemima memajukan tubuhnya agar bibirnya bisa berbisik di dekat telinga Han Yuka untuk melanjutkan kalimatnya, “Tidakkah kau juga berpikir … bahwa artinya aku bisa mendorong tubuhmu sedikit jauh? Atau aku yang menarik mundur diriku perlahan darimu. Hingga akhirnya kau melihatku telah berada sangat jauh.”

Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang