Who's Nana? 14. BerakhirJemima pov
Sehari lagi, lalu sekali lagi kupertaruhkan setiap respon tubuhku untuk janji yang bahkan tidak pasti tersebut.
"Bagaimana jika hasil pemeriksaan berkata lain?" tanyaku pada Yuka.
Kali ini kulihat senyum yang berusaha dia sembunyikan. Hanya senyum yang tidak juga mirip senyum, tapi aku tahu dia melakukannya.
"Hemm?" tanyaku lagi. Mataku masih terbuka cukup lebar untuk mendengar jawabannya meski sadar setiap kalimat yang mungkin akan kudengar hanya bagian dari bisik penenang.
"Bukankah hari ini telah cukup merasa baik, hmm?" jawabnya dengan balik bertanya.
"Karena melewatkan beberapa tablet obat."
"Karena habis. Lalu Nitta akan mengamati respon tubuhmu hingga waktu periode menstruasimu kedepan."
"Benarkah? Aku tidak harus mendapatkan tablet ovula juga malam ini?" tanyaku lagi, yakin pasti mendapat dispensasi.
Bukan jawaban yang kudengar, melainkan jari-jarinya yang maju untuk menyentil dahiku. Pelan ..., tapi untuk alasan yang bahkan belum sempat terpikir olehku, begitu saja mulutku mencebik protes alih-alih mengaduh.
Mereka tidak menyakitiku, tapi menjadikan aku lengah untuk kembali terseret alur yang dia ciptakan.
Matanya menatapku lekat, aku bisa melihat kilat tak biasa di sana. Mungkin dia ingin menunjukkan ekspresi gemasnya padaku.
Mungkin dadanya bergemuruh oleh hangat yang bergeser memanas untuk rasa yang mirip sekam membara tersapu angin-yang dia simpan untuknya sendiri. Atau ... mungkin dia telah merobohkan setiap lapis benteng pertahanan yang memisahkan dunia kami dari bersama atau setidaknya menjadi dekat secara batin.
Aku tidak yakin, karena saat ini juga terlihat binar teduh yang mampu mengubur setiap resahku, memadamkan kobaran api ketakutan di kepalaku. Seolah berkata bahwa dia akan menjanjikan kedekatan permanen untukku; untuk kami tepatnya.
Oh, biarkan kali ini aku kembali menjadi seorang egois.
Kubiarkan jemarinya meraih wajahku. Hangat permukaan kulitnya mendarat untuk mengusap ringan pipiku beberapa detik bersama degub jantungku yang mungkin tertangkap pendengarannya.
Kutahan tenggorokanku dari menelan ludah kasar tapi sulit, karena batas rasa mualku terasa kering hingga mencekat. Mataku terpejam ketika setiap dari mereka bergeser mengusap garis rahangku. Aku tahu ke mana arah mereka.
Yeps ..., sekali lagi tubuh Yuka menghipnotisku untuk hanya menyerah dan menerima setiap perlakuannya. Hanya hembus napas yang dapat kutunjukkan untuk menjawab bibir tebalnya yang tengah menyematkan beberapa kecupan pelan dan dalam.
Anganku terbang, terbuai oleh asumsiku sendiri yang telah berlari cukup jauh. Setidaknya beberapa langkah meninggalkan ragaku.
Awalnya kupikir dia akan selalu menyelesaikan setiap hal dengan berakhir di atas kasur, untuk mencumbui bibirku setidaknya. Namun, hingga saat tubuhku telah mulai dapat lagi merasakan ingin dan terangsang aku masih bisa menangkap bagaimana perlakuannya cukup berhati-hati.
Dia menahan dirinya dari terhanyut jauh, atau mungkin hanya berusaha memanaskan hasratku agar melemaskan belahan bawahku ketika menerapkan ovula. Pemikiran terakhir ini yang menyadarkan kewarasanku. Aku mulai berpikir Han Yuka adalah orang yang cukup berbahaya dan bisa melakukan apapun untuk maunya.
Mirip terhenyak, mataku terbuka bersama gerakan jemari tangannya yang lain di bawah sana yang telah mulai menyusup ke dalam belahan bawahku. Oh, aku bahkan tidak yakin kapan dalamanku dia lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️
عاطفيةSeperti biasa, NC21+ dan epilog bisa kalian baca di Karyakarsa. Cek link di bio aku yaa ... Warning! Smut 21+ GXG | LGBTQ+ | GL | Area Pelangi 🌈 Jika tidak suka harap skip. ____________________________ Entah rasa ini nyata atau hanya ilusi yang kau...