who's Nana? 🔞17. Teman tidurJemima pov.
Setiap hal berjalan seperti seharusnya. Iya ..., seharusnya. Hari yang bergulir dengan semestinya, setiap jam seakan mengembalikan kesehatanku. Kembali kurasakan langkah kaki ringan tanpa rasa nyeri yang menjadi beban sebelumnya.
Memulai hari dengan berjalan-jalan di halaman belakang. Entah sejak kapan, tapi Yuka telah menjadi seorang posesif akut. Bukan hanya di mulut saja, dia bahkan menyulap sebuah ruangan di dalam paviliun tempat kami tinggal untuk beberapa alat gym.
"Kau bisa menggunakan alat baru ini. Tanpa menjadikan salah satu temanmu sebagai pengganti samsak."
Dua kalimat pengalihan maksud, sesungguhnya dia berusaha menjauhkan tanganku menyentuh tubuh pria lain. Atau menahan pria lain dari tersentuh olehku. Egois.
Kalimatnya masih menggantung di udara, seolah partikel yang terbang di sekitarku. Sementara sosok dominan yang egois tersebut telah berlalu meninggalkan aku yang masih berdiri tepat di depan sebuah alat. Cukup familiar karena beberapa kali lewat di beranda medsos-ku. Yeah ..., mesin samsak tinju yang akan mengeluarkan alunan musik ketika menerima pukulan dariku.
Tanpa sadar mulutku mendecih pada diriku sendiri. Dia masih orang yang sama. Seorang egois yang hanya akan melakukan setiap maunya satu arah.
Lalu dadaku sedikit berdenyut ketika sekilas mengingat kalimat ambigu dari Nitta Unnie beberapa hari lalu.
Mungkinkah aku adalah Livi yang mereka maksud?
Kembali mulutku mendecih lirih. Bagaimana mungkin seorang sepupu akan menginginkan tubuh saudarinya sendiri?
Yuka masih berada di dalam ketika aku berjalan masuk.
"Kenapa begitu cepat?" Dia menatapku, menghentikan jari-jarinya dari mengetik di atas laptop.
"Aku sedang tidak ingin memainkannya." Lalu aku kembali mendecih lirih. Dia menganggapku gadis kecil.
"Mwo? Kau tidak suka?"
"Aku sudah cukup sehat, Nitta Unnie juga menyatakan bahwa kistanya mengecil, bahkan tidak lagi terlihat."
"Lalu kenapa kedua kakimu masih terlihat bergetar ketika berjalan? Ini bahkan telah lebih dari 3 hari periode menstruasimu."
Dia benar, aku berhenti untuk mendudukkan diriku di depannya. Yuka bahkan menatapku seteliti itu.
"Bukankah itu wajar?" tanyaku masih dengan nada dingin. 'Jangan menatapku lebih lama lagi, atau aku akan luluh,' batinku melanjutkan.
Setiap kata-katanya meluncur terdengar teduh, tapi egoku masih berdiri dengan tegak.
"Bukankah kau sudah bisa meninggalkan aku sendiri? Setidaknya, tidur di kamar yang berbeda?"
Dia terlihat terusik.
"Hum? Kau mau aku tidur di luar?"
"Lalu atas alasan apa kita tetap harus berada di kasur yang sama?"
Yuka terlihat mengambil napas dalam, sebelum akhirnya menjawabku. "Kenapa? Kau tidak nyaman, hmm? Apakah aku terlalu keras mendengkur hingga membuatmu tidak nyaman? Kau tidak lagi suka berada dalam rengkuhanku? Tidak, ketika tubuhmu telah membaik. Aku merasa terbuang kini."
Oh, wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang secara instan menjadikan aku seorang tak tahu diri.
"Lalu kita disebut apa? Bukankah aku telah sembuh? Kau juga tahu bagaimana Nitta Unnie menjelaskan hasil pemeriksaan terakhir."
"Apakah kau melewatkan bagian ... rasa nyeri dan gemetar yang kembali muncul ketika periode menstruasimu tiba, hmm?" Matanya menuntun pandanganku untuk menatap area intimku. Sorot tajamnya perlahan menelanjangi tubuh bagian bawahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️
RomanceSeperti biasa, NC21+ dan epilog bisa kalian baca di Karyakarsa. Cek link di bio aku yaa ... Warning! Smut 21+ GXG | LGBTQ+ | GL | Area Pelangi 🌈 Jika tidak suka harap skip. ____________________________ Entah rasa ini nyata atau hanya ilusi yang kau...