9. Goresan luka

12 2 0
                                    


Who's Nana? 9. Goresan luka

Jarum jam telah bergulir dari hitungan menit. Namun, belum mengalihkan pikiran Yuka dari berdiam dan bersandar pada daun pintu berukir baby phoenix.

Kedua kakinya seperti lupa cara melangkah menjauhi pintu kamar Jemima. Tidak ..., bahkan sisa hembus napasnya masih tertinggal di dalam sana merengkuh tubuh rapuh gadis yang sejak awal menatap lurus padanya tersebut.

Tubuh Jemima bahkan tidak lagi sekuat dulu, untuk sekedar berjalan membuat siapapun yang melihat akan terpikir untuk menggendongnya.

Lalu ketika kembali mengingat bagaimana mutiara yang seharusnya dia jaga tersebut menggunakan tubuhnya untuk menerima sebuah tusukan, di saat berkelahi dengan sniper yang menargetkannya.

Untuk sesaat rasa aman merengkuh kuat setiap sel di otak Yuka, bahwa Han Livi yang menurut mendiang pamannya seorang lemah adalah salah.

"Tidak, bukankah dia cukup kuat? Ring tinju di halaman belakang-tempat para penjaga berlatih seolah menjadi tempat favoritnya mengayunkan pukulan. Benar, dia mempelajari Muay Thai dengan baik."

Saat ini tanpa sadar bibir Yuka terkekeh setelah bergumam pada dirinya, di saat yang sama matanya menatap nanar jauh ke depan.

Untuk sepersekian detik otaknya terasa mampat.

Iya ..., ingatan mulai membenamkannya untuk rasa sesal atas hal yang telah tertinggal di belakang, tidak ada satu alasan pun yang dia ijinkan untuk maju. Meski sekedar membela egonya sebagai seorang normal yang kadang terseret alur pesona Jemima.

Ada saat di mana dia yang telah berusaha menjadi seorang yang setia dan berdiri di tempat untuk tujuannya tergoyahkan.

Lalu sikapnya yang berubah-ubah secara impulsif tersebut kini membantingnya setiap waktu. Yuka adalah seorang labil. Karena ....

Tak dapat disangkal, Jemima dengan setiap rasanya yang begitu jujur dan tanpa ragu selalu sukses menarik atensinya.

Semakin keras Yuka menolak, semakin dia terseret untuk tenggelam dengan sadarnya. Jemima telah mirip udara di sekitarnya yang mengikuti kemana Yuka berpikir untuk melangkah.

Bahkan dari semua orang di rumah, hanya gadis tersebut yang berani mengajukan pertukaran atas jasanya dengan meminta untuk tidur di sebelah kamarnya. Permintaan yang jauh dari pemikiran setiap orang.

"Intuisinya cukup tajam, dia tahu aku adalah orang itu.Tapi, aku begitu bebal." Entah untuk keberapa kali mulutnya mendesah kasar.

Kaki Yuka mulai melangkah meninggalkan ruangan yang hanya hitungan jengkal dari pintu kamarnya. Langkah kaki yang terlihat tenang, di saat yang sama tampak tanpa tenaga.

Otak cerdasnya masih sibuk dengan pemikiran yang saling tumpang tindih, di mana tidak ada satupun yang berdiri di sisi egonya-untuk membuatnya merasa telah benar.

Jemarinya meninggalkan pintu kamarnya yang tidak tertutup sempurna. Dia bahkan tidak lagi tertarik untuk melakukan beberapa tugasnya yang sejak pagi tadi diusung oleh Oh Yoora ke rumah. Yuka akan lebih banyak berada di balik layar.

Menyerahkan urusan resort pada adiknya; Han Junho.

Sejak awal dia jarang berada di tempat tersebut, karena sebagian besar waktunya hanya untuk mencari keberadaan Jemima Olivia Han.

Seperti tanpa tenaga, isi kepala Yuka begitu ribut. Termasuk setiap asumsi dan pemikiran tentang rencana kedepannya. Kakinya berjalan menuju kasur untuk membanting tubuhnya di sana.

Matanya menerawang jauh menatap langit-langit kamar. Seolah terbebas dari penjara, hatinya kini meraup setiap rasa yang sebelumnya dia tekan dengan sangat.

Who's Nana? [GxG] - 21+ END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang