Part 30 | Sonata of Devotion

3K 639 465
                                    








🚝 Minta 350 komentar untuk bab ini ya 🚝
Yuk ngebut, kita tamatin cerita ini sebelum akhir tahun 🔥












🎶 Now playing: Jay Sean - Down (Acoustic Cover by Finn HP)

🎶 Now playing: Jay Sean - Down (Acoustic Cover by Finn HP)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











YOU will never know how damaged a person is until you try to love them.

Aku selalu mengira bahwa aku termasuk perempuan yang secure secara emosi. Ada atau nggaknya lelaki, aku masih bisa hidup. Aku bahkan nggak berencana menikah jika nggak menemukan sosok yang tepat.

Bernapas, tidur, melalui hari esok dan esoknya lagi menjadi rutinitasku. Classica-lah motivasinya. Jangan sampai perusahaan ini tumbang dan membuat orang-orang yang bergantung padanya sengsara.

Satu karyawan barangkali menghidupi satu keluarga serta impian anak-anaknya. Aku nggak mau ada impian anak lain yang hancur sepertiku. Belum lagi kemungkinan Nonna menyeret pulang ke Italia jika aku sampai gagal di Indonesia.

Itulah kenapa aku mati-matian menyerang Kadewa yang mencoba mengusik Classica.

"Komodo...." Desahanku terurai.

Sosok Kadewa nggak ada bagus-bagusnya di mataku. Dia licik, sinting, pendendam, playboy, kekanakan, menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, tukang reog, tukang tantrum, tukang modus... aku berusaha menjauhinya sepuluh langkah tapi bukannya mendekat Kadewa malah memotong jalanku supaya nggak bisa menjauh lagi.

Frustrasi? Jelas. Hubunganku dengan Fathan langsung kandas, tim public relations Classica langganan lembur, bahkan manajer marketing Classica membeli obat penumbuh rambut. Kadewa-lah penyebabnya.

"Then the tides changed." Aku memijat glabela.

Batas antara akting dan realitas mulai kabur. Meski tahu motif Kadewa dilatarbelakangi oleh dendam, aku tetap jatuh pada pesonanya.

Mana yang harus aku dengarkan sekarang? Sisi logika atau sisi hati yang membelot habis-habisan?

"Permisi, Ibu. Perwakilan tim event organizer bilang pengecekan venue sudah selesai. Mohon Ibu Zaviya melakukan recheck final sebelum acara dimulai."

Ketukan pintu dan kehadiran Jiva praktis menghentikan perang hebat di kepala.

Aku menoleh ke arah pintu. "Oke, Va. Nanti saya cek."

Saking asyiknya melamun, aku sampai lupa pada hal yang lebih penting sekarang. This is d-day. Sial! Seharusnya aku memfokuskan pikiran untuk fashion show Classica. Kenapa waktuku malah diisi kegalauan tentang Kadewa?

Bersama tablet kerja, Jiva mengekori langkahku ke ballroom hotel yang telah disulap menjadi venue acara. Gladi resik telah dilangsungkan dua hari sebelumnya. Mengambil tema bridal, runway dikelilingi oleh rangkaian bunga segar dan tanaman hijau yang membentuk taman kecil di kedua sisi. Pagar hidup membagi runway menjadi dua bagian. Sementara itu, deretan kursi putih dengan aksen emas disusun rapi di sekitaran runway untuk memberikan sentuhan mewah nan lembut.

XOXO, Love You LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang