5. suddenly being mom

185 30 3
                                    




“sunoo, tunggu..” cegah jay sesaat melihat sunoo melenggang begitu saja melewati dirinya.

“apa tidak bisa kita bicara sebentar hmm” tanya jay lembut.
walaupun ada perasaan membara dalam diri jay, sebisa mungkin sang alpha tidak menggunakan nada bicara yang sekiranya semakin membuat sunoo semakin jauh, lagi pula siapa yang tahan dalam situasi seperti ini? jay sudah mencoba berbagai cara bermaksud meluruskan atau setidaknya ia dapat meminta maaf dengan benar, tapi yang terjadi sunoo selalu saja menghindar. puluhan pesan terabaikan, sapaan yang tak diindahkan.

“belum sekarang, tolong lepaskan tanganmu hyung” jawab omega itu tanpa melihat kearah jay sedikitpun.

jay mengamati dengan mata lelah, tangannya yang menggenggam lengan milik sunoo. apa akan terus seperti ini? apa tidak ada kesempatan untuk jay mencoba perbaiki?

dengan pasrah jay melepaskan sang genggaman, yang tentunya tidak disia-siakan oleh sang omega, sunoo pergi tanpa kata —kembali meninggalkan jay yang hanya bisa menatap sedih punggung yang semakin menjauh.

...

sepi adalah kata yang sering diidentikkan dengan kata sendiri
padahal sepi tidak selalu berkolerasi dengan kata sendirian, itu yang saat ini jay rasakan —perasaan sepi yang menyelubungi ditengah keramaian dengan dentuman musik yang meramaikan konser fate+ saat ini.

dengan pelan jay mundur satu langkah, ketika mata tajamnya menangkap sosok sang omega yang sedang bersorak ceria dengan sunghoon disamping nya, sesuatu yang jarang sunoo lakukan di hadapan fans karena sifat malu-malu nya.
bahkan riki bocah bergengsi tinggi itupun tak luput berkitar disekeliling sunoo.
rasanya baru kemarin, sunoo hanya bermanja dan merengek padanya.

lalu sekarang kemana harus ia bawa kakinya melangkah?

apa jadinya jika sesuatu yang kamu tuju kini menutup pintunya untuk kamu tuju.
apa kini ia abu di matanya?
melihat sang bintang yang mencari hangat dari api yang lain, membuat hati jay runtuh bagai ranting tak berakar.

tawa nya yang telah kembali setelah beberapa saat lalu lenyap, membuat senyum di bibirnya bagai duri yang mencabik-cabik dadanya sebab tawa itu bukan lagi karena nya.
semestanya kini menjadi sepi tak ada nada yang  tersisa, jarak yang rasanya terlalu dalam.

jika kesalahan yang dirinya lakukan kemarin membuat sosok itu menjauh maka jay lebih memilih mati.
mati dengan perasaan yang masih suci tanpa  gurat pesakitan yang tanpa sengaja ia torehkan.
akan jauh lebih baik, dari pada melihat orang yang ia sayangi, dan ia jaga segenap hati tapi ia nodai.

jangan tanya seberapa besar penyesalan yang menghimpit nya sepanjang  waktu, sebagaimana sesaknya ditenggelamkan kekhawatiran dalam gelapnya malam.
kegelisahan yang perlahan mencekik nya setiap saat, jay ingin terlepas dari kegetiran yang menjeratnya. jay ingin melenyapkan keyakinan bodoh nya yang semakin bertambah
—keyakinan tentang sunoo akan berbalik padanya.

Jay hanya rindu, rindu menatap matanya, rindu obrolannya, rindu tertawanya 
tapi dirinya hanya bisa berucap jika dia rindu didalam hatinya tanpa berani mengatakan bahwa dia rindu, karena dirinya sadar dia bukan siapa-siapa untuk sang omega.

•••

“kalian menyadarinya tidak? akhir-akhir ini sunoo hyung aneh sekali” ujar riki setelah beberapa hari memperhatikan sunoo.
“ sunoo hyung juga jadi lebih banyak diam”

heeseung yang mendengar itu mengangguk setuju, “iya, entah perasaan ku saja. atau memang sunoo juga menjaga jarak dengan jay dan jake?”

“bukan hanya sunoo hyung, tapi jay dan jake hyung juga tidak menggangu sunoo seperti biasa”

suddenly being momTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang