Jessi berjalan pelan menuju pinggiran meja lalu duduk disana. "Nanti malem kita nyari lagi?"
Bahu Lulu bergerak menyenggol Oniel, gadis itu seolah terbuyar dari lamunanya kemudian mengangguk. "Iiya, kalo kalian berkenan."
"Ada masalah ya lo sama Master Indah?"
Oniel menatap lama ke arah Jessi yang memberi pertanyaan, bagaimana menceritakanya pun dia tidak tau, lagipula dia tidak ada hubungan keluarga atau apapun dengan Master Indah tapi mengingat perkataannya beberapa jam lalu membuat ia gelisah. Oniel menyunggar surai rambut kebelakang mengalihkan atensinya dari Jessi. "Gue takut sejujurnya."
"Kenapa?"
Oniel menoleh ke arah Olla yang langsung memberi respon. "Gue takut lla, gimana kalo setelah apa yang kita lakukan ini memakan korban?"
Ketiga-nya ikut serta merenung, memang tidak ada cara lain, tapi kalo diam saja bagaimana mereka bisa keluar dari tempat ini.
"Gue beneran minta maaf, semua gara-gara gue, gue yang nyeret kalian kesini, gue juga yang menyebabkan kedua Master itu gak akur."
"Niel, sekarang semua itu gak penting, yang penting kita cari tau gimana caranya kita keluar dari sini."
"Kalo harus ada salah satu yang berkorban?" Pungkas Oniel pelan namun mampu membuat teman-temanya tertegun tidak mengerti.
"Berkorban gimana?"
"Gue juga gak tau, Master Indah bilang gitu ke gue, keadaan sekarang itu makin rumit bahkan dia memprediksi pasti ada korban di ujung sana, yang bikin gue ngerasa bersalah adalah dia seolah bersedia menjadi korban jika ketakutanya itu terjadi. Gue tau sih, Master Indah cuma Makhluk yang beberapa hari ini gue kenal, tapi denger perkataannya kayak itu ngebuat gue ngerasa sakit."
Lulu menghela nafas berat, dirinya sudah cukup stres belakangan ini apalagi Oniel. "Gak ada cara lain, mau gak mau kita harus hadapi ini, lagipula itu cuma prediksi kan? percaya deh kita bakalan bisa keluar dari sini dan nemuin bokap lo, gak ada yang gak mungkin niel."
👻👻👻
Gita membuang patung rokoknya ke sembarang arah, tak lama ia mengambil seglintir rokok lagi lalu di nyalakan. Tangan lentik itu mengayun dengan himpitan rokok yang sudah menyala.
Di ruangan yang sama terdapat sosok Zee yang sedang di pasung di pojok ruangan, mulutnya tertutup kain dengan mata memerah karena sudah lelah menangis, sampai kapan Gita akan terus menyiksanya, kalau begini bagaimana Zee akan menginginkan untuk hidup.
"Saya akan buat mental mu cacat ketika kamu bangun nanti, itu pun kalau kamu berhasil selamat."
Gita reflek melepas penutup mulut Zee, mendekatkan putung rokok alih alih mengancam.
"Tolong.. cukup..."
Gita tetap Gita, si keras kepala yang tidak bisa di perintah. Tanpa basa basi ia hunuskan rokok itu tepat di perut Zee membuat korban berteriak kesakitan.
"ARGHH CUKUP, TOLONHH"
"Nyawa kamu, nyawa Indah atau ke empat bocah itu. Bagaimana? yang mana dulu yang harus saya buat menderita sebelum keluar dari sini?"
"Git, percaya sama saya jangan terlalu berlebihan, semua ada hukumanya."
"BERISIK BODOH! Kamu pikir apa yang kamu lakukan terhadap saya? itu lebih gila! Kamu masih bisa hidup bertemu kembaran mu, sedangkan saya? bajingan mana yang sudah tau ada makhluk menderita tapi malah di manipulasi demi kepentingan tersendiri, kamu ngebuat seolah ibu saya masih hidup, memberi saya harapan besar tapi ternyata? kamu memanfaatkan saya untuk menyerang Indah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Semesta ( On Going )
Mystery / ThrillerOniel bisa lihat hantu! Kemampuannya bukan menjadikan ia di jauhi banyak orang, alih alih kepo bagaimana cara kerja makhluk halus itu? Apakah kegiatan mereka sama seperti manusia pada umumnya? Ini bukan kisah romance. Ini kisah oniel yang mendapat...