Sindy tidak bisa menang melawan Rey, lantaran ada hal penting lain yang mendadak mengganggu perdebatannya dengan si mantan suami.
Telepon dari seseorang. Bukan polisi, apalagi dari stasiun televisi.
“Siapa?” Tanpa suara, cuma gerakan bibir, Rey bertanya, selagi Sindy menjawab sapaan ‘halo’ dengan suara rendah.
Sindy menggeleng. Tentu baginya Rey tidak perlu tahu. Segera dia meninggalkan ruang tamu menuju ke kamarnya, setelah meminta penelepon di seberang menunggu sebentar.
“Halo?” Ditutup rapat pintu kamar, tidak lupa dikunci.
“Bisa saya minta waktunya sebentar?”
“Ya. Silakan.”
“Saya Airlangga, salah satu orang kepercayaan pak Irwan Cakrawala, ayah dari Anantari Cakrawala. Saya diminta untuk bertanya beberapa hal sama kamu, Sindy Alsava. Apa kamu bersedia?”
Setelah menghela napas, diam dalam jeda, Sindy menjawab. “Ya.”
“Apa perlu kita ketemu besok?”
“Kalo besok saya enggak bisa. Tanya aja sekarang.”
“Di telepon begini?”
“Ya.”
“Oke kalo gitu. Jadi, Sindy ... apa kamu tau kalau suami kamu selama ini punya hubungan spesial dengan Anantari?”
Diam sedetik. Sindy punya jawabannya, tapi seperti enggan menjawab. “Saya enggak tau.”
“Sama sekali enggak tau?” Nada ragu di seberang terdengar terkejut.
“Kami baru nikah sebulanan lalu, jadi saya enggak tau apa-apa. Suami saya juga enggak keliatan mencurigakan layaknya suami yang punya selingkuhan.”
Di seberang spontan berdeham. “Pak Irwan titip pesan ke saya untuk disampaikan ke kamu.”
“Apa pesannya?” Sindy menunggu. Sekilas mengingat sosok Irwan Cakrawala. Salah satu pengusaha sukses di dalam dan luar negeri. Terkenal bukan hanya karena kekayaannya, tapi juga kekuasaannya. Meski begitu, Irwan cukup baik hati dengan kerap kali melibatkan diri dalam kegiatan sosial membantu sesama. Selain tenaga, tentu tidak segan mengeluarkan dana bantuan secara cuma-cuma.
“Pak Irwan berniat ketemu kamu untuk minta maaf secara langsung. Tapi untuk saat ini, jadwalnya terlalu padat. Jadi, dia berharap kamu enggak membesar-besarkan masalah.”
“Bisa langsung kasih tau saya apa sebenarnya maunya pak Irwan?” Sindy merasa bahwa sejak awal pembicaraan mereka hanyalah kepura-puraan. Jadi kenapa harus berbelit-belit?
Di seberang, si orang kepercayaan mendapat tepukan di pundak dari Irwan Cakrawala. Pria enam puluh tujuh tahun itu mengangguk pada Airlangga. Dari tadi dia mendengarkan pembicaraan mereka, karena Airlangga menyalakan speaker sejak awal panggilan telepon dilakukan.
“Kamu pasti tau kalau reputasi pak Irwan dipertaruhkan karena kasus ini. Tolong jangan menambah masalah dengan laporan-laporan terkait hubungan antara Jumantara dan Anantari.”
Sindy langsung menertawai apa yang baru saja dia dengar. Sehingga Irwan dan Airlangga di seberang spontan mengernyit tidak senang. “Kalo soal itu, tenang aja. Enggak akan ada laporan yang bakal menyusahkan seorang pak Irwan, karena saya terlalu malas ngurusin masalah perselingkuhan. Dan tolong sampein sama pak Irwan, kalo saya udah puas atas kematian putrinya yang menjalin hubungan gelap dengan suami saya. Itu hukuman yang tepat. Jadi, jangan pernah menelepon saya lagi seperti ini. Apa bisa dimengerti?”
Irwan menggerakkan dagu isyarat agar Airlangga melakukan tugas selanjutnya.
“Oke kalau gitu. Untuk jaga-jaga, saya merekam obrolan kita. Bisa digunain sebagai barang bukti kalau sewaktu-waktu kamu ingkar dari ucapan kamu sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐭𝐫𝐞𝐲𝐮
Romance❝𝐊𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧, 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚. 𝐌𝐚𝐤𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐣𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬. 𝐌𝐚𝐬𝐢𝐡...