Airlangga sudah tidak kuat melawan Rey di atas ring. Kini orang lain yang menggantikan tempatnya, selagi dia memeriksa sesuatu yang terasa mengganjal baginya.
Setelah akhirnya menjatuhkan lawan, Airlangga mendekati ring guna menahan temannya agar mengambil waktu istirahat. “Bro, udahan. Turun bentar. Kamu perlu liat ini sekarang.”
Terengah dan berkeringat banyak, lima menit kemudian, Rey duduk di samping Airlangga. “Kenapa lagi?”
“Artikel klarifikasi dari perusahaan udah keluar.”
Cepat Rey melihat ke layar tablet Airlangga yang disodorkan ke hadapannya. Keparat sialan!
“Pimpinan pusat turun tangan. Udah bener, nih beritanya.” Pelan Airlangga bergumam.
“Nikah, ya?” Rey angguk-angguk marah. Begitu marah sebenarnya. Tidak mau berakhir sesat, makanya dia ada di sini untuk melampiaskan kemarahannya. Meski foto Bima dan Sindy di blur, tetap saja dia bisa membayangkan bagaimana bibir kakaknya dan mantan istrinya saling bertemu. Benar-benar berhasil membuatnya merasa sangat, sangat terganggu.
Berulang kali Rey menegaskan pada dirinya sendiri bahwa dialah pemenangnya. Sindy melewatkan malam pertama dengannya. Memberinya kehormatan tertinggi sebagai pria pertama yang mengambil keperawanan seorang Sindy Alsava. Tiga tahun lalu mereka sepasang suami istri sah, tidak peduli seperti apa latar belakang terjadinya pernikahan.
“Tanggalnya memang belum ditetapin, jadi kamu masih bisa cegah Bima nikah sama Sindy.”
“Enggak perlu,” geleng Rey.
“Apa?” Airlangga tentu saja terkejut. Ada apa dengan Rey? Ke mana perginya obsesi sang sahabat yang kemarin-kemarin begitu menggebu?
“Biarin aja.” Amarah sudah berhasil dikuasai. Memang belum sepenuhnya. Namun setidaknya saat nanti kembali naik ke ring tinju, akan dituntaskan semuanya di sana.
“Aku bukannya bermaksud ikut campur. Tapi enggak mudah buat kamu sampe ke tahap ini, Rey. Terus tiba-tiba sekarang kamu mau nyerah? Yang bener aja!”
“Aku enggak bilang kalo aku bakal nyerah, Air.” Rey mengusap keringat di kening, lalu mengacak rambut lebatnya yang agak basah.
Karena sama-sama punya pemikiran ‘lain’ di luar batas kenormalan mereka, Airlangga langsung terdiam. Cuma perlu sedetik sampai dia tahu maksud dari ucapan Rey. Rey dan Airlangga adalah kombinasi pria yang selamat dari ‘sekarat’ dengan cara mereka sendiri. Itulah kenapa mereka mudah mengerti satu sama lain.
“Oh, gitu.” Akhirnya Airlangga mengerti. Sekarang dan nanti, dia hanya perlu menunggu Rey siap mengutarakan segala rencana. Dia akan menunggu.
“Sindy ngerasa enggak nyaman, makanya dia minta aku jaga jarak. Jadi percuma aja kalo sekarang aku berusaha cegah dia nikah sama Bima. Yang ada dia malah makin benci sama aku.”
“Tapi aku rasa, Sindy enggak beneran suka, apalagi cinta sama Bima.”
Rey terkekeh. Tawa jahat yang bisa diartikan Airlangga sebagai dendam kesumat terhadap Bima.
“Mau suka beneran atau cinta sungguhan juga enggak apa-apa.”
“Karena kamu tinggal ngerebut dia dari Bima,” tebak Airlangga. Sebab sebelumnya pun begitu. Merebut seakan menjadi hal yang biasa bagi Rey. Airlangga semakin paham. Makin merasa bahwa dia dan Rey memang benar-benar mirip.
Rey tidak mengiyakan, tidak pula membantah. Bagi Airlangga, diamnya Rey berarti iya.
Lagipula, Rey tidak terlalu heran kenapa pada akhirnya jadi begini. Toh, Sindy memang terlihat sedikit tertarik pada kakaknya. Kalau disuruh memilih antara dirinya atau Bima, pastilah Sindy berlari ke pelukan Bima.
![](https://img.wattpad.com/cover/245614533-288-k913209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝘁𝗿𝗲𝘆𝘂
Roman d'amourWanita yang pernah menjadi miliknya, kini berada di sisi pria lain. Tapi bukankah takdir selalu memberi celah bagi mereka yang tidak menyerah? Kadang, apa yang diinginkan harus menjadi milik orang lain dulu sebelum akhirnya kembali ke tempat yang se...