Terakhir kali ia menginjakkan kaki di tempat ini adalah sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu keadaan masih sama, kehadirannya tidak diterima oleh Irene. Dejan berkunjung selama dua hari dan seperti biasa hanya bisa memantau kondisi Irene dari jauh. Biasanya ia akan menjenguk Irene setiap beberapa bulan sekali, walaupun tak membuahkan hasil, namun setidaknya ia bisa melihat wanita yang dulu sangat dicintainya itu meskipun tidak berinteraksi secara langsung dengan baik.
Irene tahu setiap kali Dejan berkunjung, tapi tetap saja menolak dan selalu belum siap untuk bertemu dengannya. Padahal, keduanya sama-sama tahu kejadian pahit yang terjadi di antara mereka seharusnya bisa jadi alasan untuk saling menguatkan masing-masing. Dejan hanya merindukan Irene, ia tidak ingin yang lain, hanya ingin wanita itu kembali seperti sebelumnya. Tidak seterpuruk sekarang dan beberapa tahun ke belakangan ini. Ya benar beberapa tahun, mimpi buruk itu terjadi beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya sekitar empat sampai lima tahun yang lalu.
"Welcome, Dejan."
Dejan mengukir senyum saat pintu besar dari rumah di hadapannya itu terbuka. "Tante," panggilnya.
Wanita paruh baya yang terlihat awet muda itu merupakan Rina Wijaya, ibunda dari Irene. Sosok yang selama ini mendampingi Irene dan satu-satunya perantara yang Dejan miliki untuk bisa tahu kondisi Irene. Berbeda dengan ayah dari Irene yaitu Yossy Wijaya yang tidak ingin pernah lagi melihatnya, Dejan masih ingat bagaimana tatapan Yossy yang menghunus padanya dengan kalimat-kalimat tajam bahwa Dejan lah penyebab kondisi putrinya seperti sekarang. Padahal bukan seperti itu kenyataannya.
Rina memeluknya. Dejan tahu hal itu akan terjadi dan ia juga mendengar tarikan napas Rina yang dapat langsung ia ketahui kalau ibu dari Irene itu menangis. Pasti Rina sudah mengetahui semuanya, pasti Irene sudah membocorkan semuanya. Tentang Dejan yang sudah menikah dengan kabar yang sama sekali tidak terdengar sampai Berlin.
"Mas," panggil Rina tak kuasa menahan tangisannya. "Ternyata Mas sudah bisa lepas dari bayang-bayang anak Tante, ya? Congratulations ya, Mas, untuk pernikahannya."
Tahu apa yang dirasakan Dejan? Mending tidak usah tahu karena rasanya sangat tidak enak sekali. Bayangkan saja diucapkan selamat oleh seseorang yang seharusnya dulu menjadi ibu mertuanya. Dejan seolah membuat kesalahan yang teramat besar sekarang. Ia tahu betul keputusannya menerima perjodohan itu benar-benar salah, tapi orang-orang di sekitarnya tahu apa?
"Keadaan Tante baik?" Dejan tidak ingin membahas pernikahannya, ia datang kesini dengan tujuan berkunjung dan fokus pada keinginan Irene yang ingin bertemu dengannya. "Maaf, aku baru datang lagi."
Rina melerai pelukan dan mengusap wajahnya. Ia tatap Dejan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. "Tante baik, Mas. Gak apa-apa, Tante paham kalau Mas Dejan sibuk dan sulit luangkan waktu untuk bisa jenguk Irene lagi," ucapnya. "Mari, Tante antar ke kamar Irene."
Jantungnya mendadak berdebar. Memang selalu seperti ini setiap kali ia akan bertemu dengan Irene. Wajar, Irene adalah satu-satunya wanita yang ia jadikan kekasih. Dejan tidak memiliki mantan kekasih lainnya selain daripada Irene. Dejan hanya mencintai satu wanita sejak dulu. Sama sekali belum memudar sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
Chick-LitSemua yang terjadi di antara Dejan dan Nindya adalah kesalahan. Bukan kesalahan siapapun, tapi Dejan tetap menyebut penyebab mereka bersama karena suatu kesalahan. Sebab semua yang terjadi bukan atas dasar keinginan bersama. Kebersamaan mereka tak...