three

1.1K 83 1
                                    

Memberi Dejan seorang anak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memberi Dejan seorang anak?

Apa yang dipikirkan oleh Nindya sekarang benar-benar rumit. Semua berawal sejak perbincangannya dengan Dejan di lift tadi. Rasanya tak masuk diakal bahwa pada akhirnya Dejan menuntut anak di hubungan mereka yang berdasar atas perjodohan ini. Kalau saja status pernikahannya dengan Dejan tak berkaitan dengan kontrak, Nindya akan dengan senang hati menerimanya. Tetapi ini berbeda, yang Nindya pikirkan adalah...

"Kalau kita bercerai, anak kita akan berada di hak asuh siapa? Aku atau kamu, Dejan?"

Yang pasti, suatu saat nanti Nindya tidak ingin dijauhkan dari anaknya.

Lalu Dejan menjawab, "Padamu. Aku tidak akan memisahkannya darimu. Kamu bisa pegang ucapanku, Nindya."

Nindya merasa bimbang. Ia belum benar-benar mengenal dekat Dejan. Apa pria itu sering berbohong, apa ucapannya tidak hanya omongan belaka. Semua kebiasaan-kebiasaan pria itu belum sama sekali ia ketahui. Jadi, Nindya ragu harus mengambil keputusan apa.

Namun di sisi lain, ia juga menginginkan. Selama ini Nindya hidup seorang diri, ia ingin ada sosok yang menemaninya. Bukan pasangan hidup karena jelas Dejan tidak bisa dijadikan pilihan tepat untuk seseorang yang bisa seterusnya menemaninya. Paling tidak, Nindya ingin ada alasan lain kenapa ia harus hidup dengan baik dan alasan lain itu tentunya seorang anak-sosok kecil yang mirip sepertinya. Dulu memang hal ini serasa mustahil karena Nindya paham sebuah perjodohan bukanlah hubungan yang diinginkan, Nindya bahkan sudah menerima jika memang Dejan tidak menginginkannya, tapi dunia bekerja di luar kendalinya. Nindya tidak akan pernah tahu kedepannya seperti apa. Contohnya seperti Dejan yang menginginkan keturunan dari hubungan mereka.

"Selain tentang anak, apa yang dibicarakan Mami dan Papi padamu sebelum kita flight?"

Setelah makan malam bersama dengan menu restoran di Handaka Hotel, keduanya kembali ke unit sewa untuk membersihkan diri. Kemudian hari pertama sampai di lokasi honeymoon akan mereka habiskan dengan beristirahat dan bersantai.

Unit yang mereka tempati merupakan kelas teratas, sesuai dengan tema honeymoon kamar yang ada sudah tertata sedemikian rupa dengan pencahayaan yang minim dan lilin-lilin aroma theraphy yang menenangkan. Dejan dan Nindya kali ini duduk bersampingan pada sofa yang berada di balkon luas itu dengan pemandangan malam yang cantik. Dejan meminum sedikit-sedikit kopi yang baru saja dibuatkan oleh Nindya. Fokus yang tadinya pada tab di tangan yang memperlihatkan sebuah game permainan kartu ia singkirkan dahulu, Dejan menoleh pada Nindya. Pandangannya seolah memindai penampilan Nindya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Maminya ternyata pintar memilih pakaian yang pas untuk Nindya.

Dejan mengerjap. "Kamu bicara apa tadi?"

"Mami dan Papi bilang apa lagi sama kamu sebelum kita flight?"

"Mami ingin menyegerakan kamu mengikuti program kehamilan."

Nindya terdiam sebentar. "Dejan," panggilnya. "Setiap hari, kalau aku ada waktu senggang aku akan mampir sebentar ke Sinari Kasih. Apa yang aku lakukan disana adalah hobiku, aku senang dengan anak-anak, aku bahagia bisa berbaur mendengar tawa dan cerita mereka. Kadang aku datang bersama Mami untuk bisa menyenangi anak-anak disana."

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang