Sebenarnya keberadaan lantai empat rumah milik Dejan tidak terlalu sering dikunjungi, pada lantai tersebut juga tidak banyak ruangan yang ada, hanya ada satu petak gudang dan sisanya dijadikan tempat bersantai dengan mengarah pada kaca besar yang memperlihatkan keadaan luar. Biasanya Dejan selalu mengajak teman-temannya untuk menghabiskan waktu disana. Lebih sering mengajak Ernanda dan Sakala untuk sekadar minum-minum dan melakukan hal bebas lainnya. Terkecuali main perempuan. Ck, mereka bukan pria rendahan, yang gampang gonta-ganti kekasih. Sekalipun Ernanda paling banyak memiliki mantan diantara Dejan dan Sakala.
"Selamat datang, Den," sapa Bude Yuli ketika Dejan masuk ke dalam rumah dibuntuti Andre dari belakang.
"Terima kasih, Bude," Dejan melirik sekitar. "Nindya sudah pulang dari rumah sakit belum?" tanyanya langsung mengenai istrinya.
"Belum, Den. Bapak duluan yang sampai, katanya Non Nindya sama Ibu lagi dalam perjalanan. Bapak bilang, kalau Den Dejan sudah datang langsung ke atas, Bapak mau ketemu Den Dejan," lanjutnya. Bude Yuli meringis saat melihat koper Dejan yang masih ditarik Andre. "Aduh, Mas Andre, sini biar Bude yang bawa."
"Kalem, Bude. Saya simpan disini ya," kata Andre meletakkan koper tak jauh dari dirinya berdiri.
"Gue ke atas dulu," Dejan menepuk pundak Andre. "Kalau nyokap sama Nindya datang, suruh tunggu di bawah."
Andre mengangguk.
Kenapa Adhitama menginginkan berbicara dengannya di lantai empat?
Ini sudah menjadi hal yang biasa. Kalau ada permasalahan mengenai perusahaan pun papinya selalu meminta berbicara secada pribadi dengan Dejan di lantai empat karena menurutnya suasana disana lebih bisa membuat mereka bisa berpikir jernih.
Kemudian mengenai gudang, Andre memang satu-satunya yang mengetahui kalau barang-barang Irene yang tertinggal di rumah pribadinya dirapikan dalam ruangan itu. Dejan tidak panik karena ia sendiri yang hanya bisa masuk ke dalam ruangan tersebut, orang lain tidak akan bisa. Namun sepertinya, Adhitama berusaha untuk mendobrak privasinya karena ketika Dejan sampai di lantai empat, pintu gudang tersebut sudah terbuka dengan keberadaan papinya yang berdiri menghadap kaca besar seolah menunggu kehadirannya.
"Pi," panggil Dejan memecah keheningan padahal ia yakin Adhitama sudah menyadari kehadirannya. "I landed twenty minutes ago."
Adhitama berbalik. Ekspresi wajah papinya memang serius, Dejan sudah tahu akan seperti ini saat Andre mengatakan bahwa dirinya akan terkena masalah. Sebab Andre tidak akan main-main mengenai apapun yang bersangkutan dengan papinya. Adhitama adalah sosok yang disegani di kantor. Selain karena menjadi satu-satunya keturunan pria dari Pradiksa Baskara, Adhitama memang dituntut untuk kompeten dalam pekerjaannya, jadi kalau ada karyawan yang dipanggil oleh papinya, karyawan-karyawan kantor sudah langsung bisa menebak ada hal yang serius. Kalau tidak surat peringatan yang keluar, ya dipecat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
ChickLitSemua yang terjadi di antara Dejan dan Nindya adalah kesalahan. Bukan kesalahan siapapun, tapi Dejan tetap menyebut penyebab mereka bersama karena suatu kesalahan. Sebab semua yang terjadi bukan atas dasar keinginan bersama. Kebersamaan mereka tak...