Jangan sekali-sekali Eyang bawa-bawa nama Irene lagi.
Terus-terusan Nindya mengulang untuk mengingat kalimat yang terucap dari bibir Dejan beberapa waktu yang lalu di pikirannya. Ia jadi menyakini bahwa sosok Irene ini adalah orang terpenting yang pernah hadir di hidup Dejan sebelum menikah dengannya. Sebab kali ini bukan kali pertama Dejan tersulut emosinya hanya karena nama wanita tersebut. Sebelumnya juga pernah, sampai menjadikan keduanya buta hingga terlibat dalam pusaran menggairahkan.
Atau Eyang gak akan pernah bertemu aku lagi setelah ini.
Nindya mengusap wajahnya dengan kasar sambil duduk berpasrah di balkon kamar. Di kamar rumahnya dengan Dejan. Ia sudah tiba di rumah beberapa menit yang lalu seorang diri dengan ditemani Pak Syarif karena betul sekali, Dejan meninggalkannya untuk pergi entah kemana.
Pernikahannya baru terhitung satu bulan, tapi kenapa harus banyak masalah yang berdatangan padanya? Padahal Nindya hanya ingin menjalankan rumah tangga sebagaimana mestinya kebanyakan orang-orang jalankan dengan damai dan tentram, tapi kenapa rumah tangganya berbeda?
Semua memang dimulai dengan jalan yang berbeda. Keluarga Pradiksa Baskara juga kurang menyukainya. Mereka tidak menginginkannya. Jadi Nindya tidak heran, kalau semuanya akan seperti sekarang. Hanya saja, kenapa harus ia yang merasakan semua ini? Tidak bisakah Nindya mendapatkan suami yang paling tidak bisa menemaninya menjalankan hari-harinya, menjadi garda terdepan dari orang-orang yang tidak menyukainya dan pelindungnya jika sesuatu terjadi terhadapnya?
Jelas, hal itu tidak perlu ditanyakan, jelas tidak bisa karena Dejan pun tidak mencintainya. Perhatian-perhatian yang selama ini tertuju padanya ternyata disalahartikan olehnya, Nindya terlalu terbawa perasaan. Hanya karena perasaannya, Nindya buta pada kenyataan kalau perhatian Dejan selama ini bukan pertanda pria itu mulai menaruh rasa padanya.
Ia berpaling menatap cincin pernikahannya dan gelang berwarna lavender yang entah kenapa selalu membuatnya mengingat momen-momen baik mereka ketika honeymoon. Tetapi hal itu segera ia tepis, Nindya menyadari sejak Dejan kembali dari Berlin pergelangan dan jemari pria itu bersih dari apapun padahal sebelum pria itu terbang untuk keperluannya bekerja Nindya masih mengingat cincin pernikahan mereka masih melingkari jari manis Dejan dan gelang hitam itu masih mengikat sempurna di pergelangan tangan Dejan.
Refleknya menoleh saat smart door kamar berbunyi. Setahu Nindya, di rumah ini ada dua ruangan yang menerapkan smart door lock yaitu kamar pribadi dan ruangan kerja Dejan. Namun beberapa hari yang lalu Bude Yuli bilang, gudang di lantai empat juga demikian namun hanya Dejan yang bisa mengaksesnya.
Terbilang tengah malam, sudah berganti hari pula, tapi Nindya belum juga tertidur. Orang yang ditunggu-tunggu olehnya kini ada di depan matanya, menatap bingung ke arahnya karena masih terjaga.
"You haven't slept yet?" tanya Dejan.
Nindya menggeleng. "I waited. And the one I was waiting for just arrived."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
ChickLitSemua yang terjadi di antara Dejan dan Nindya adalah kesalahan. Bukan kesalahan siapapun, tapi Dejan tetap menyebut penyebab mereka bersama karena suatu kesalahan. Sebab semua yang terjadi bukan atas dasar keinginan bersama. Kebersamaan mereka tak...