"Astaga, lihat putra dan menantu kita, Pi."
Terbilang siang untuk Dejan dan Nindya keluar dari kamar yang semalam menjadi tempat istirahat mereka berdua. Cahaya matahari yang menyorot menembus kaca membuat keadaan rumah ini begitu cerah, sama seperti saat Nindya membuka gorden kamar Dejan tadi. Cuaca hari ini sangat bagus.
Nindya yang berdiri di samping Dejan hanya bisa menebar senyum saat kedua mertuanya sudah menunggu di meja makan. Ia bisa menebak Adhitama dan Rossalia sudah sarapan lebih dulu, sebab keduanya sedang bersantai sambil meminum teh bersama, seolah memang sedang menunggunya bersama Dejan. Sementara mereka berjalan beriringan, Nindya menatap tangannya yang sejak turun dari tangga tadi sudah melingkari lengan Dejan dengan begitu posesif.
Mereka sedang berperan sekarang.
"Good morning, Mi, Pi," kata Dejan menarik garis bibirnya sehingga membentuk senyum yang menawan.
Sekilas, Nindya melepas pengangannya pada Dejan, ia menghampiri Rossalia untuk cipika-cipiki ala wanita. "Good morning, Mami," ujarnya agak kaku karena sempat ditegur ketika dirinya terus-terusan menyebut Rossalia dengan sebutan Tante saat pesta pernikahan kemarin. "Tidur nyenyak semalam 'kan, Mi?"
Perhatian yang diberikan Nindya benar-benar membuat Rossalia selalu membaik. Nindya tidak pernah berubah dari semenjak pertama kali mereka bertemu. Menantunya itu selalu menanyakan kabarnya di setiap hari, Nindya seperhatian itu padanya maka Rossalia tidak akan ragu bahwa Nindya pun bisa menjadi pendamping yang tepat untuk putra semata wayangnya.
"Oh, My Sweetheart," Rossalia kembali memeluk menantunya. "Mami tidur nyenyak, Sayang. Terima kasih ya, Nak."
Nindya hanya tersenyum membalasnya, kemudian beralih pada Adhitama. "Good morning, Papi. Sudah meminum obat? Sorry, aku kesiangan dan gak bisa-"
"Morning too, Nin, it's fine. Papi sudah minum obat juga pagi tadi. Kamu lihat 'kan? Papi lagi bersantai sama Mami, kami gak melewatkan apa yang kamu sarankan, Nak," sahut Adhitama ramah.
"Baiklah," kata Nindya tersenyum dan kembali ke sebelah Dejan yang memperhatikannya.
Nindya sudah mengetahui semuanya bahkan dari sebelum ia mengenal Dejan. Rossalia selalu bermimpi buruk sejak kecelakaan beruntun yang hampir merenggut nyawanya, ia selalu khawatir bahwa kejadian kemarin merupakan suatu pertanda bahwa dirinya selamat dari kecelakaan maut yang bisa saja mengintainya lagi dalam waktu dekat sampai menimbulkan trauma-Rossalia sampai tidak ingin berpergian kemanapun sendirian. Lain hal dengan Adhitama, pria paruh baya yang mulai akrab dengannya saat Nindya menemani Rossalia di rumah sakit itu mengidap penyakit epilepsi yang kapan saja bisa kumat. Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan, hanya saja bisa dibilang Adhitama ketergantungan obat yang bertujuan mengontrol kejang-kejangnya.
"Do you know about that?" tanya Dejan agak tidak percaya.
Memang tidak percaya, selama ini setahu Dejan yang paling tahu kondisi orang tuanya hanyalah dirinya. Tetapi ternyata Nindya juga mengetahui hal tersebut dan sialnya, justru Nindya terlihat lebih seperti anak Adhitama dan Rossalia ketimbang Dejan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
ChickLitSemua yang terjadi di antara Dejan dan Nindya adalah kesalahan. Bukan kesalahan siapapun, tapi Dejan tetap menyebut penyebab mereka bersama karena suatu kesalahan. Sebab semua yang terjadi bukan atas dasar keinginan bersama. Kebersamaan mereka tak...