seven

865 53 3
                                    

Malam dengan suasana yang hangat ini mereka lewati dengan dinner romantis berdua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam dengan suasana yang hangat ini mereka lewati dengan dinner romantis berdua. Bisa dibilang romantis karena tema dinner yang berlangsung kebanyakan dihadiri oleh pasangan-pasangan yang memang ingin menghabiskan waktu makan malam bersama dengan alunan musik yang tenang dan damai.

"Kamu yang merencanakan semuanya?" tanya Nindya ketika duduk di kursi.

Dejan mengangguk. Ia yang mereservasi tempat, ia yang membelikan gaun spesial untuk Nindya malam ini dan ide dari semua ini juga darinya. Hanya ingin saja, sebab masa honeymoon mereka sudah selesai dan esok hari mereka harus kembali ke Jakarta, kembali menjalani hiruk pikuknya dunia.

"Cukup nikmati saja," ujar Dejan.

Nindya menahan senyumannya. Kemudian mengangguk, tangannya meraih sendok untuk mencicipi hidangan yang tersaji. Senyum terutas dengan sempurna ketika sup yang baru saja ia coba memiliki rasa yang lezat. Dari banyaknya menu yang ada, Nindya lebih menyukainya.

"Enak?" tanya Dejan memperhatikan. "Kalau begitu habiskan," lanjutnya, padahal Nindya belum menjawab.

"Thanks, Dejan."

"Kamu masih bekerja di restoran?" tanya Dejan disela kegiatan makan mereka.

Setahu Dejan, status Nindya masih menjadi karyawan aktif di restoran bintang lima di Jakarta tempat wanita itu bekerja. Mereka bisa pergi honeymoon setelah Nindya selesai mengajukan cuti kerjanya. Jadi jangan melupakan bahwa istrinya ini berprofesi sebagai pelayan yang tugasnya melayani orang-orang yang kelaparan. Padahal maminya sudah menyarankan agar wanita itu segera mengundurkan diri. Rasanya Dejan tidak bisa membayangkan, bila suatu saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri istrinya sedang bekerja.

"Hm," Nindya mengangkat pandangan. "Kenapa?"

"Mami pernah meminta kamu untuk resign, betul?"

"Pernah, tapi aku gak menginginkannya."

"Kenapa?"

Mendengar itu, Nindya memilih meneguk air sedikit sebelum matanya fokus pada pria di depannya itu. "Kamu keberatan ya kalau aku masih bekerja menjadi waiters di restoran?"

"Kalau aku meminta permintaan yang sama seperti apa yang Mami mau, kamu bersedia?"

"Nggak," tolak Nindya mentah-mentah.

"Kita memang belum membicarakan tentang ini, tapi seharusnya kamu gak perlu khawatir untuk kedepannya bagaimana karena aku akan mengurus bagian-bagian yang memang hak kamu-"

"Dejan."

"Ya?"

"Terus terang, kamu malu karena aku seorang waiters?"

"Hey," sahutnya tak setuju. Dejan mengerutkan kening. "Apa aku bilang padamu bahwa aku malu karena profesimu? Nggak 'kan?"

Akhirnya Nindya menghela napas. "Aku gak bisa. Aku harus tetap bekerja."

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang