nineteen

739 66 9
                                    

"Om Hari? Lagi ada keperluan sama Papi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om Hari? Lagi ada keperluan sama Papi?"

Keberadaan Nindya yang sedang di dapur bersama Rossalia dan Bi Wati tidak membuat pendengarannya melewatkan suara lantang Dejan dari ruang makan. Kepalanya reflek menoleh dan membuat Rossalia tersenyum ke arahnya, kemudian pundaknya ditepuk pelan oleh ibu mertuanya itu.

"Sebelum kalian datang, Papi kedatangan tamu."

"Om Hari, ayahnya Aurel, Mi?" tanya Nindya sembari mengelap tangan kirinya yang basah selepas cuci tangan.

"Betul," Rossalia tersenyum. "Coba kita tengok dulu, yuk? Tadi, sih, Mami sudah tawarin untuk beliau ikut dinner bareng kita, Nin."

"Sebentar ya, Bi," kata Nindya.

Bi Wati mengangguk cepat. "Iya, Non, gak apa-apa biar Bibi aja yang selesaikan."

Sudah dua hari Nindya tidak bekerja dikarenakan keadaannya yang belum bisa normal lagi. Rossalia juga melarangnya kerja untuk sementara paling tidak sampai luka jahitnya mengering. Selama ini juga Nindya agak kesusahan jika ingin apa-apa, sebab tangan kanannya kurang bisa berfungsi dengan baik.

"Ayo, Sayang," ajak Rossalia sambil menggaet lengan Nindya, ia juga sembari mengelus punggung tangan kanan menantunya tersebut.

Nindya tersenyum membalasnya sebelum mengikuti langkah Rossalia ke ruang makan.

Ternyata di ruang makan sudah ramai. Ada keluarga besar juga. Eyang Satria dan Eyang Cahaya, ditambah dua putrinya yang merupakan adik Adhitama yaitu, Marliana hadir dengan suaminya-Tommy-dan Widyastuti juga bersama sang suami-Sandi. Nindya belum pernah sekalipun makan malam dengan keluarga besar dari Dejan. Satu kali, ia pernah makan malam dengan Eyang Satria dan Eyang Cahaya, tapi untuk adik-adik dari papi mertuanya ia baru bertemu secara intens hari ini. Terakhir pertemuan pertama mereka adalah di hari pernikahannya dengan Dejan.

"Aku gak tahu kalau seramai ini, Mi," bisik Nindya yang dibalas tawa kecil oleh Rossalia.

"Kamu harus terbiasa ya, Sayang. Keluarga Papi memang selalu melangsungkan dinner keluarga besar paling tidaknya satu bulan sekali demi keharmonisan antar saudara. Pasti Dejan gak bilang kala tante-tantenya pada datang, ya? Sebenarnya salah kalau kamu bilang ramai, karena menurut Mami segini tuh sepi. Biasanya Liana dan Widya bawa anak-anaknya, tapi sepertinya mereka berhalangan hadir," jelas Rossalia yang kemudian menyambut dengan senyuman. "Liana. Widya," panggilnya pada kedua iparnya. "Gimana sehat-sehat 'kan?"

Kalau bicara usia mungkin memang mereka sudah berumur, tapi Nindya bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Liana dan Widya adalah ibu-ibu sosialita yang hampir mirip-mirip seperti Rossalia. Rambut yang ditata rapi dengan cat agak kecoklatan, pakaian yang sopan serta terlihat elegan, menenteng tas branded dan jangan lupakan aksesoris yang menghiasi di jemari, pergelangan tangan dan lehernya. Nindya tahu betul, kekayaan begitu memancar dari penampilan keduanya.

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang