one

1.8K 107 0
                                    

Kesan pertama Nindya melihat Dejan menurutnya pria itu sangat cuek, irit mengobrol dan satu yang tidak bisa ditampik bahwa pesonanya benar-benar memancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesan pertama Nindya melihat Dejan menurutnya pria itu sangat cuek, irit mengobrol dan satu yang tidak bisa ditampik bahwa pesonanya benar-benar memancar. Dejan diam saja menurut Nindya menarik. Maka ketika di ujung altar sesaat keduanya mengucap janji suci, Nindya tidak bisa melarikan pandangan kemanapun seolah terkunci pada mata tajam itu, Nindya juga harus bisa mengontrol jantungnya yang mendadak berdegup gugup. 

Nindya pun merasakan perasaan yang sama kali ini. Sesaat mereka masuk ke dalam kamar yang Nindya ketahui jelas itu merupakan kamar pribadi Dejan yang jika diukur mungkin setara satu unit kostannya dulu, atau bahkan lebih. Tubuhnya yang terbalut blazer dan celana kulot sederhana berdiri di tengah-tengah ruangan yang di-design elegant cocok seperti kepribadian Dejan yang baru belakangan ini ia kenali. 

Sedangkan Dejan yang sudah berjalan lebih dulu dibandingnya kini membuka jas dengan cepat dan melemparnya begitu saja ke ranjang king size yang rapi itu. Dalam sekelibat penglihatannya, gerakan yang dibuat Dejan begitu mengesankan. Nindya bahkan menunduk demi menyembunyikan pipi merahnya. 

"Mami bilang pakaian-pakaianmu masih ada di dalam koper. Mungkin besok pelayan bisa memindahkannya ke lemari," Dejan melirik dua koper asing yang berada dalam kamarnya itu yang merupakan milik Nindya. "Setelah ini, silakan bersihkan diri kamu. Kamar mandinya di sebelah sana," ujarnya sambil menunjuk lorong arah walk in closet. 

"Kamu gak membersihkan diri?" tanya Nindya kaku. 

"Bisa di kamar lain," balas Dejan sambil melangkah menjauhi Nindya. 

Bukannya segera membersihkan diri seperti apa yang Dejan perintahkan, Nindya justru mengikuti pria itu berjalan ke arah balkon kamar, tapi langkahnya berhenti beberapa jarak di belakang Dejan. Tidak ingin mengganggu, ketika Dejan mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya lalu mengambil sebatang benda tersebut dan membakar ujungnya. Dejan mengisapnya pelan, kemudian asap muncul dari hidung pria itu. 

Apa yang ditangkap Nindya? 

Dejan sedang menghilangkan stresnya. 

"Kenapa masih disini?" 

Nindya tersentak oleh pertanyaan tersebut. Rupanya Dejan sadar akan keberadaannya di belakang pria itu. Dejan hanya menoleh ke samping, tatapan mereka tidak bertemu, tapi Nindya bisa melihat garis wajah Dejan dari samping yang terlihat sempurna. Lekuk hidung yang mancung sempurna, garis rahang yang tajam dengan potongan rambut yang tadi rapi namun kali ini berubah acak-acakan. 

"Gak dengar ucapanku tadi?" 

Sial, satu lagi, Nindya menebak Dejan memiliki sifat otoriter. 

"Aku dengar. Aku akan mandi setelah ini," jawab Nindya tenang. "But let me know, kamu keberatan dengan semuanya, Dejan?" 

"What do you think, Nindya?" 

Nindya bergeming. 

"Kalau nyatanya kamu keberatan, kenapa kamu terima perjodohan ini?" 

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang