Dari semenjak mereka duduk bersama di ruang tamu, tatapan Nindya tidak pernah lepas dari Aurel. Ia masih belum bisa puas karena adu mulutnya tadi dijawab dengan keterdiaman oleh wanita itu. Namun masih sempat-sempatnya mengajak ngobrol Dejan yang saat ini duduk di samping Nindya tanpa menganggap Nindya ada di antara mereka. Tertangkap beberapa kali Aurel melirik tidak suka padanya.
"Oh, jadi ini toh, menantu kamu, Mbak?" Itu suara Vinny, ibu Aurel, melirik pada Nindya sebentar. "Sayang sekali, kami gak bisa mendatangi pernikahan kalian kemarin. Maaf ya," ucapnya.
"Gak apa-apa, Tante," balas Dejan.
"Semoga pernikahan kalian langgeng ya," kata Vinny dengan senyuman.
Nindya balas tersenyum. "Terima kasih." Walau ia sendiri tahu, ucapan langgeng itu tidak ada pengaruhnya pada pernikahan mereka.
"Amin, terima kasih, Vin," Rossalia tersenyum senang. "Oh ya, aku sama Mas Tama baru saja jemput mereka di bandara yang hari ini kembali dari Bali, baru selesai honeymoon," bisiknya riang.
"Makanya kami gak tahu kalau kalian datang secara tiba-tiba gini, gak ada persiapan apapun untuk menyambut," ujar Adhitama merasa telah mengecewakan.
Pria paruh baya yang duduk di sebelah Vinny pun menggeleng-geleng. "Ah, kayak sama siapa saja, Tam. Kami memang sengaja mau datang tanpa bilang-bilang, berhubung kemarin gak bisa datang ke acara pernikahan dan Aurel juga terus mendesak biar Papa Mama-nya percepat rencana untuk ke Jakarta. She said she wanted a vacation, but what did she want to see in Jakarta? Buildings?" ujarnya diakhiri dengan tawa khas bapak-bapak.
"Actually Dejan yang ingin dia lihat," lanjut Vinny ikut tertawa.
"Nah, betul tuh!" Rossalia menatap memperingati pada Aurel. "Rel, nanti jangan kayak gitu lagi, lho, ya! Anak Tante ini sudah menikah, sudah punya istri jadi kamu jangan main cium-cium Dejan kayak dulu lagi."
Kayak dulu lagi? Nindya jadi sangsi, yang artinya cium-mencium adalah hal biasa yang sering Aurel lakukan pada Dejan, bukan begitu?
"Karena yang berhak cium Dejan cuma Nindya saja," ujar Rossalia tegas.
"Kenapa, sih, Tan? Orang Mas Dejan-nya juga biasa aja," balas Aurel mengendikkan bahu.
"Dia diam bukan berarti dia nyaman ya--"
"Mas Dejan kalau gak nyaman pasti bilang sama aku. Mbaknya kayak udah tahu isi hati Mas Dejan aja, kalau perlu dikasih tahu aku sama dia udah saling kenal sejak kecil. Dari sejak Mas Dejan masih kelas 3 SD dan aku masih umur 3 tahun. Kita sama-sama--"
"Pentingnya buat aku tahu apa, ya?" Nindya terlihat tak menanggapi. "Minta kesadarannya saja kalau gitu, dia sudah jadi suami aku, jadi kamu juga berhak menghargai aku sebagai istrinya."
"Nindya, it's okay. Aurel mungkin memang belum tahu kalau kita memang sudah menikah," kata Dejan menenangkan.
"Kenapa dia bisa gak tahu?" tuntut Nindya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
Literatura KobiecaSemua yang terjadi di antara Dejan dan Nindya adalah kesalahan. Bukan kesalahan siapapun, tapi Dejan tetap menyebut penyebab mereka bersama karena suatu kesalahan. Sebab semua yang terjadi bukan atas dasar keinginan bersama. Kebersamaan mereka tak...