twenty one

1.5K 136 24
                                    

Hubungan antara Dejan dengan Nindya memang belum kunjung membaik, sepertinya memang tidak akan membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan antara Dejan dengan Nindya memang belum kunjung membaik, sepertinya memang tidak akan membaik. Mereka jarang bertemu. Bagaimana bisa bertemu kalau Nindya selalu menghindar selama ini? Disaat Dejan terbangun Nindya sudah tidak ada, saat Dejan pulang kerja pun Nindya telah masuk kamar.

"Wajar kok kalau lo marah," Netta memperhatikan Nindya yang duduk di depannya sedang memainkan sedotan dari minuman yang mereka pesan di cafe samping Fancy House. "Tuh laki brengsek, Nin. Udah gue bilang sejak awal. Menurut lo dia baik karena dia ada maunya. Cuma ya gak ada gunanya juga kalau kita terus-terusan menyalahkan suami lo itu. Sebenarnya lo bisa untuk gak kecewa, lo bisa untuk baik-baik aja. Kalau lo gak punya rasa sama dia. Kesalahan lo ya cuma satu itu, cinta sama orang yang salah yang jelas-jelas gak bisa balas perasaan lo."

"Jadi rasa gue ke dia itu kesalahan ya, Net?" Nindya termenung. "Perasaan gue sakit hati sama apa yang dia lakuin ke gue."

"Lagian lo berharap apa, sih, Nin, sama dia? Bangun keluarga ceria dan tentram gitu?"

Gak bisa, Nin. Hatinya menyuarakan, menjawab pertanyaan yang terlontar dari Netta.

"Dari sejak dia minta lo setujui perjanjian pernikahan aja gue udah anggap tuh laki red flag." Netta kembali melirik Nindya. "Lo yakin kan hubungan intim kalian itu gak berpengaruh apa-apa? Lo ngerasa ada tanda-tanda gak? Lo ngerasa telat gak bulan ini?"

Nindya menggeleng. "Belum masuk tanggal merah gue."

"Pokoknya kalau sampe lo hamil ...," Ucapan Netta menggantung, lalu ia menggeleng cepat. "Jangan, Nin, jangan sampe lo hamil. Bila perlu kalau lo tahu lo telat, langsung pergi ke dokter. Bagaimanapun caranya jangan sampe lo mengandung anak tuh laki. Gak sudi gue liat temen gue jadi single mom, sedangkan dia bisa hidup enak sama perempuan lain yang lo bilang itu. Semoga aja benih tuh laki gak tokcer, jangan sampe lo punya bayi disaat lo mau cerai. Lo cuma mempersulit hidup."

Nindya hanya bisa diam. Dalam keterdiamannya, ia meraba perutnya sendiri sambil mengembuskan napasnya kuat-kuat. Dalam hati ikut menyuarakan apa yang baru saja Netta semogakan.

"Nin!"

Merasa dipanggil, Nindya terpaksa keluar dari lamunannya untuk mencari sosok yang memanggilnya. Fabian.

"Fab?"

"Ngapain disini, Fab?" tanya Netta bingung dan Nindya ikut mengangguk seolah sependapat dengan pertanyaan Netta.

"Handphone kamu kok gak aktif, Nin?"

"Lho?" Nindya mencari ponsel di totebag-nya. "Ah, ya! Mati. Low batt, Fab, sorry. Kenapa emangnya?"

Fabian mengambil duduk di kursi sebelah Nindya. Ia pikir Fabian sudah pulang sejak tadi, tapi ternyata masih di lokasi yang sama dengan jaket yang sama hendak pulang.

"Pak Denis hubungin aku."

Nindya dan Netta langsung menoleh cepat.

"Lo serius?" tanya Netta tak percaya.

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang