36

11 2 0
                                    

.

.

.

.

"Hari Ini hari terakhir Fey cuti. Jadi, kami akan menghabiskan waktu dengan berlibur walaupun hanya disekitar sini" Ucap Jay

"Cepat sekali ya? Dan, apa waktu bulan madu kemarin masih kurang? Sudah, seminggu lebih kan kalian berada di Paris?" tanya Ibu Jay

Jay dan Fey saling tatap kemudian Jay memberi isyarat agar Fey yang menjawab. Orang tua mereka tidak tau apapun tentang masalah kemarin

"Bukan seperti itu, Karena Ini hari terakhir Fey bisa menemani Jay seharian"

"Gimana Sama itu, Fey. Kamu nggak ngerasa ada yang sakit di perut? atau kamu ngerasa nggak enak badan?"  Ibu Fey menyahut

Fey langsung menggeleng, Ekspresinya yang tampak kaku dilihat oleh Jay 

"Hei, Kenapa sama muka mu? kok keliatan tegang?" Jay menatap Fey penasaran

Fey melirik Jay sinis "Apanya yang tegang? adikm-"

Jay langsung membungkam mulut Istrinya, "jangan seperti itu"

"Sepertinya kalian harus melakukan percobaan untuk kedua kalinya" sahut ibu Fey 

"Tidak perlu, bu" Balas Fey

"Fey, Apa yang kamu tung-" Ucapan Jay terpotong

"Saya merasa mual kemarin" Potong Fey berbicara seadanya

"Sungguh?!" Pekik ibu mereka berdua

"Kalau begitu, aku pengen ketemu sama adek bayi" Bisik Jay yang membuat Fey
hanya bisa menghela napas pasrah

.

"Kamu tau, Aku cuma ngomong buat asalan tadi. Gak ada adek bayi di perutku" Ucap Fey setelah kepergian orangtua mereka dari rumah mereka, "masih berproses" 

"Benarkah?" Jay menempelkan daun telinga nya di perut rata Fey

"Nggak ada Sayang, ngotot ih" Fey memukul lengan Jay pelan 

Jay terkekeh "Ayo tambahin lagi, biar cepet ada"

Fey Menggeleng "Kapan kapan aja, kamu yang enak, aku yang sakit"

"Baiklah Kalau begitu, aku nggak akan maksa. Mau jalan keluar gak?" Pertanyaan itu diangguki oleh Fey. Diapun beranjak dari sofa ruang tamu, "Aku siap siap dulu" ucapnya mengusap kepala sang Istri lalu pergi ke belakang

Fey akan Ikut beranjak, tapi bel rumahnya berbunyi secara tiba tiba. Batal untuk pergi ke belakang, la pergi ke pintu depan lalu membukanya

"Oh, Herden. Tumben pagi pagi kesini, ayo masuk" ajak Fey kembali masuk dan duduk di sofa. Disusul Herden yang juga duduk disana, "Ada apa?"

"Enggak ada, cuma pengen main. Maaf ya, kemarin lusa aku ga sempat ngantar kamu pulang. Aku ada urusan sama temenku"

"gapapa, lagian aku udah sehat juga waktu itu. Kamu di Indonesia sampai kapan?"

"Hm, mungkin Sekitar 3 bulan lagi, aku sedang dalam masa matus. Managerku juga sudah me- laporkannya pada agensi"

"Sungguh? Itu lama banget, kamu ga bosen?"

"Enggak, Karena berada disini sambil menulis lagu. Oh iya, Jay sudah kembali ya?

"Ada di belakang, sedang ber-"

"Apa kau mencariku? Mau cari masalah lagi denganku?" Jay melangkah angkuh menghampiri Herden dengan lengan pakaian yang terlipat di depan dada, "Aku harap kau tidak akan datang lagi kesini setelah Ini, jangan harap kau bisa merebut Fey dari ku"

Fey beranjak lalu mengusap bahu Suaminya. "Tidak Perlu marah marah, Jay aku sudah bilang, Jangan berpikiran negatit. Aku tidak akan meninggalkanmu"

Jay menatap istrinya malas, "kamu nggak tau niatnya yang sebenarnya" 

Temporary ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang