24

14 2 0
                                    

.

.

.

.

Tatapan tajam dan menusuk milik Jay mengarah kepada dua manusia yang baru ia pergoki. Rahangnya mengeras seketika karena mereka,

"Bilang saja kalau kamu memang tidak mencintaiku lalu menolak ajakanku hanya untuk menemuinya!" Bentak Jay menunjuk kaku wajah Herden yang tampak santai

Fey begitu terkejut sekaligus takut, baru kali ini dia melihat Jay sangat marah bahkan sampai uratnya di dahi terlihat saat membentak. "Jay, bukan-" 

"Diam mulutmu!" Bentak Jay pada istrinya

Hati Fey terluka mendengar bentakan Jay, sempat ia berdiri tadi. Lalu kembali terduduk, kakinya lemas. Air matanya seketika keluar dan membasahi pipinya

Kini Herden bangkit, pria itu melangkah angkuh menghampiri Jay, "kenapa kau datang kesini? Merusak malamku dengan Fey saja. Dan, kenapa harus marah? Kau tau sendiri kan jika aku dan Fey hanya sebatas teman SMA"

Jay menatap sengit Herden, "kenapa kau menyela waktuku dengan Fey disini?" Kini ia menoleh ke arah Fey, "kau juga, lebih mementingkan Herden daripada suamimu?"

"Hey, ingat! Apa yang pernah kau lakukan pada istrimu dulu!" Herden membela Fey yang hanya bisa menangis tanpa suara dan tak bisa menjawab apapun 

"Tapi itu dulu!" Sanggah Jay.

"Dan sekarang waktunya Fey untuk membalas, kan? Agar impas" Herden terus membela Fey

 "Jika kau lebih mementingkan Bianca, berarti Fey berhak juga untuk lebih mementingkanku daripada dirimu"

"Jay, seharusnya kau tidak marah. Bukankah kita berteman juga? Tapi sekalipun kau tidak menganggapnya. Istrimu pasti akan meminta kita untuk berteman" Imbuh Herden menatap Fey yang masih saja menangis, dada wanita itu sesak hingga ia tak bisa bicara "Bahkan aku tak peduli dengan permintaan wanita sialan-"

"JAY!" Cukup, Fey tak tahan lagi. Sudah keterlaluan bahkan Jay mengatainya sialan. Dengan langkah yang terasa berat ia hampiri suaminya

"Aku dan Herden hanya bertemu kenapa kamu sampai marah marah seperti ini? Sebelumnya aku nggak tau mau ketemu siapa. Hanya karena ini kamu marah? Lalu bagaimana dengan perasaanku saat kamu ninggalin aku sendirian di pasar malam cuma karena Bianca?!" Fey menghapus kasar air matanya

"Se 'sialan' itu ya, aku di matamu? Terry pun tau jika kamu lebih sialan, bagaimana bisa kita dipertemukan?! Seharusnya dari awal pergilah dengan Bianca! Sejak malam itu sampai sekarang pun aku masih kecewa sama kamu, aku capek liat kamu" Setelah itu Fey melangkah kasar, pergi dari tempat sunyi yang menjadi sedikit gaduh itu dengan air mata yang masih meleleh dari kedua matanya

Sedangkan Herden dan Jay masih berada di tempat yang sama

"Kau dengar 'kan? sejak dulu istrimu memang sudah kecewa padamu. Dia saja lelah melihat wajahmu" Ketus Herden mengompori

Jay merasa keadaan ini berantakan, hatinya sakit melihat Fey menangis. Semuanya, acara bulanmadunya bersama Fey hancur karena Herden

Pria itu memilih untuk acuhkan Herden dan pergi dari sana mengejar istrinya

.

Di sisi lain, Fey yang sudah berjalan lumayan jauh kini berhenti. Dia duduk di sebuah bangku yang ada di dekat menara Eiffel untuk beristirahat, Sampai sekarang isakan sisa dari tangisnya masih bisa dirasakan

Pandangan wanita itu mengedar ke sekitaran. Benar ini adalah kota cinta karena Fey melihat banyak orang yang sedang datang kesini dengan pasangan mereka, tampak menyenangkan tapi bagi Fey menyakitkan. Dia sangat kecewa pada suaminya

Kenapa di saat senangnya berujung dengan sakit? selalu saja Jay- Suaminya sendiri yang melukainya. Dan jika sudah seperti ini, Biasanya Terry yang akan menenangkannya

Sekarang Terry tak ada, tiada orang yang bisa membuatnya tersenyum kembali

Fey merindukan Terry sekarang, dia kesepian. Ingin kembali ke rumah pun, ia takut dan dia tidak ingin bertemu dengan Jay

Sungguh, Fey takut dengan suaminya sendiri

.

Di belahan dunia lainnya, Terry baru saja selesai menangani pasien dan kini ia masuk ke ruangannya "Ternyata lima hari itu lama ya"

"Ya lama kalo lo nunggu Fey balik ke sini" Sahut Kamal "Kangen lo?"

Terry menggeleng

"Terry ga kengen, cuma pengen ketemu aja" Sahut Lia

"Sama aja tol-" Ucapan Kamal terpotong

"sttt, yang diomongin nelpon" Lia menyela lalu mengangkat panggilan dari Fey

"Lia, aku pengen ngomong sama Terry. Aku mau telepon dia tapi kontaknya lagi off. Dia ada kan?"

"Ya elah, ini nih" Lia berikan ponselnya pada Terry "Kalo mau manggil 'sayang' ke Fey jangan keras keras, takut laki nya dengar"

"Paan sih" Terry menerima ponselnya lalu pergi agak menjauh dari teman temannya "Fey, ada apa?"

Tak ada jawaban, yang Terry dengar malah suara tangis yang ditahan dari sana

"Fey, kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Terry khawatir "Siapa yang bikin kamu nangis?"

Fey tak segera menjawab, membuat Terry semakin khawatir

"Katakan sesuatu, Fey. jangan bikin aku tambah khawatir"

"Apa aku harus balik ke Indonesia besok?"

"Kenapa?"




BERSAMBUNG

Na.yya

Temporary ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang