40

6 2 0
                                    

.

.

.

.

Kaki Fey melangkah lesu masuk ke kamarnya. dengan perasaan gusar, dia menghampiri nakas yang menarik perhatian karena buket di atasnya

Diambilnya buket Itu, lalu menatap beberapa bunga mawar dan tulip ber warna pink dan putih yang masih segar dan wanginya begitu menyegarkan masuk ke penciuman Fey

Desain dan warna buket Itu sangat cocok dengan cerminan diri Fey dan hal disukai wanita Itu. Ditata rapi menggunakan kertas, plastik dan pita warna senada dengan bunganya

Sebuah kertas berwarna Cokelat yang dilapisi plastik, digantung disalah satu batang bunga menarik perhatiannya karena terpampang tulisan tangan sang Pilot disana



Kepada, Rafeyza

Sebagai tanda maaf dariku karena telah menyakitimu dan terima kasih karena telah bertahan denganku. Maaf, Aku seorang pecundang. Tak bisa mengutarakan lewat lisan dan perbuatan.
 Kuharap kamu suka

Paris, December 17, 2020 

E. Jaydantara


Lengkungan tipis muncul di bibir yang tipis juga setelah membaca pesan singkat di kertas Itu. Pesan yang ditulis saat mereka sedang bertengkar, sekitar seminggu lalu. Buket Ini sudah lama sekali, namun bunganya masih segar. Atau Jay yang memesannya baru baru ini, tapi pesannya sudah dulu?

Sebuah amplop berwarna mocca terselip diantara kertas dan plastik yang melindungi bunganya, dia segera mengambil dan membukanya


Untuk Dokter ku tercinta, Rafeyza

Sayang, Aku minta maaf sebesar besarnya, Ini mendadak dan aku juga belum menyiapkan semuanya. Sore ini aku harus berangkat. Tadi ku menghubungimu, Namun kau tak mengangkatnya. Mungkin kau masih sibuk. Maaf jika mengganggu

Aku tidak bisa mendatangimu di rumah sakit karena atasanku memanggil agar aku pergi ke bandara untuk menguruti penerbangan hari ini. Dan Aku baru menulis Ini setelah aku pulang, hanya ada waktu sejam untuk bersiap siap pergi ke bandara lagi. Aku tidak bisa menjemputmu, mungkin saat pulang dari tempat kerjamu kan sudah sendirian disini

Aku meninggalkan buket untukan diatas meja, buket yang kubeli di Paris saat aku sedang mencarimu karena kau hilang seminggu Itu. Maaf, aku hanya bisa memberi Itu

Maaf untuk semua kesalahanku selama ini, aku belum bisa menjadi suami yang terbaik untukmu, Aku meninggalkanmu sendirian dirumah ini karena pekerjaan. Dan terima kasih sudah bersabar menghadapi emosiku yang sering naik dan berujung menyakitimu. Aku terlalu banyak mengecewakanmu, terima kasih sudah bertahan denganku

Jaga diri dan anak kita baik baik. Jangan pikirkan hal yang menjadi beban pikiranmu. Perhatikan makanmu Ya, sayang. Jika ada yang sakit bilang saja ke ibu agar ibu
bisa merawat mu

Hubungi aku jika kamu membutuhkanku, akan ku terima kapan saja, tapi aku tak bisa kembali kesana

Baiklah, sampai jumpa. Aku janji tidak akan pergi lama

Aku menyayangi kalian, Istri dan anakku

E. Jaydantara


"Benar, saat pulang dari tempat kerjaku, aku sendirian di rumah Ini."

.


Sunyi, di malam yang dingin, Hanya ada suara air yang terjun setetes demi setetes lalu disusul suara bising karena air yang lain jatuh diatas atap. Tanpa kehangatan dari sang pilot, dokter itu duduk sendirian. Ini bukan yang pertama kalinya bagi dirinya

Fey pernah merasakan hal ini, namun sekarang rasanya berbeda dari sebelumnya di beberapa malam-malam terakhir dia bersama Pilotnya, pelukan, tatapan, ucapan dan kehadiran sang pria yang memberikan kehangatan membuatnya rindu dengannya yang mendadak pergi meninggalkannya sendiri

Menatap air yang terus berjatuhan ke bumi dari dalam kamar. Duduk di balik pintu kaca bersamaan dengan air matanya, Isakan ringannya tak terdengar karena sesuatu yang terjadi di luar

"Boleh kau merindukan dan memikirkannya, tapi jangan sampai kau terlalu jatuh pada nya hingga kau mati rasa jika kembali disakiti olehnya"

Fey mengusap air matanya dengan cepat lalu menoleh ke arah suara bariton berasal. Seorang pria jakung nan tampan berdiri di sampingnya dengan lengan yang terlipat di depan dada berbalut turtleneck dengan jas. Menatap datar jutaan air di luar sana

Banyak pertanyaan yang muncul di benak Fes tentang kedatangan Pria berhidung mancung bak perosotan itu, namun satu pertanyaan yang seharusnya la lontarkan terakhir, malah ditanyakan di awal

"Kenapa dia bisa kembali menyakitiku?"

"Beberapa bulan lagi dia akan kembali ke Indonesia? Sekitar 2 bulan lagi ya?"

Fay tak membalas ucapan lawan bicaranya. Dia tidak tau tentang itu, dan kenapa kini sang aktor menoleh kepada dokter yang la cintai?


"Apa kamu yakin setelah 2 bulan meninggalkan dokternya, Sang pilot akan tetap peduli dan dokternya?"






BERSAMBUNG



Na.yya

Temporary ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang