42

4 1 0
                                    

.

.

.

.

"Seminggu kedepan tidak ada jadwal untukmu. Tugasmu aktif hanya kemarin yang menggantikanku. Setelahnya kau akan tetap cuti sampai jadwalmu datang minggu depan" ucap Nicholas dari sambungan telepon

"Ah! Kalau tau seperti Ini, Aku mengajak Istriku ke Amerika. Kenapa kan tidak bilang dari awal? Padahal aku dan istriku tinggal bersama masih belum sebulan" 

"Aku kira kau sudah tau karena atasan memberi tau lebih dulu"

"Dia tidak memberi tau aku apapun. Sudahlah, Aku akan Istirahat. Kumatikan"
Kemudian Jay mematikan panggilannya

Setelah membersihkan semuanya, Jay duduk di kursi balkon yang sudah sebulan la tinggal ke Indonesia. Meminum cokelat panas nya hati hati dengan menikmati pemandangan kota Washington yang ramai dan bebas

Namun sebebas apapun tempat kelahiran dan tinggalnya, dia tak pernah terpengaruh dan ikut teman temannya yang sibuk berfoya-foya, mabuk dan berpacaran. Merokok pun tidak dia lakukan karena sudah kebiasaan dari keluarganya untuk tak terlalu mengikuti dan masuk kebiasaan orang orang

Di kesendiriannya, dia lagi-lagi memikirkan Istrinya yang tiba tiba seperti sedang marah. Beberapa kali dia telah mencoba menghubungi wanita itu, tapi tak segera diangkat

"Jay, Apa yang kamu pikirkan ? Ini, aku bikin Nachos. Makanlah" Bianca duduk di samping Jay dan meletakkan sepiring Nachos di atas meja 

"Ternyata aku tidak akan ada piket seminggu kedepan ya?" 

"Iya, aku juga karena kita pasti se jadwal. Kenapa?"

Jay Menghela napas sengah, "tau seperti lui, aku akan membawa Fey ikut kesini. Pasti dia kesepian disana"

Bianca hanya diam tak merespon, 'Kenapa dia terus memikirkan Istrinya?'

.

"Perasaan hubungan mu dengan Jay terus ada masalah, yang sama Herden, Bianca, Termasuk juga karena..." Ucap Kamal menggantung saat menanggapi cerita Fey 

"Bukan, itu bukan termasuk masalah mereka. Masalahnya Terry Sendiri sih, tapi beruntung dia udah move on dari Itu semua" Sambung Lia ketika tidak ada Terry

"Terry? Kenapa memangnya?" Tanya Fey

"Eh, nih orang bener-bener ga ada pekanya. Terry suka sama lo dari dulu Fey! to aja yang ga peka, sampe dia ga ada rasa lagi sama lo" Timpal Lia 

"Beneran ?!"

"Nah, kan. Baru sadar. Di tengah Perasaan itu ada di hati Terry, lo sama Jay kawin. Betapa rapuhnya hati Terry saat itu" ucap kamal dibuat buat, "Tapi sekarang Terry udah pindah hati ke Lia"

"Alah! Kamal aja yang boong" Sahut Lia

"Lo aja yang malu ngakuin. Lo suka sama Terry juga. Kan?"

"Permisi, Dokter Rafeyza. Di depan, ada tamu Menunggu anda" Ucap seorang perawat di ambang pintu yang membatalkan Lia untuk berbicara

Fey menatap angka jam di ponsel, "Ini sudah sore ya, Aku pulang dulu Lia, Kamal" Dia beranjak keluar dari rumah sakit

Wanita Itu tak penasaran dengan siapa orang yang mencarinya di saat-saat seperti Ini. Beberapa hari lalu, Herden berjanji akan terus menemaninya dari sepulang kerja hingga malam nanti

"Kamu sudah banyak meluangkan waktu buat aku. jadi ga enak, takut kamu terbebani" ucap Fey ketika menghampiri Herden

Herden terkekeh ringan "Nggak ada kayak gitu. Aku banyak waktu luang disini" 

Mereka masuk ke dalam mobil Herden

Ponsel Fey berdering, dia menatap layarnya sekilas. lalu mengalihkannya dengan
tatapan tampak bingung

Temporary ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang