41

9 2 0
                                    

.

.

.

.

Kaki sang pilot menginjak tanah Amerika. Helaan napas la lepaskan setelah lakukan perjalanan panjang. Suasana sore di bandara ini sama persis seperti suasana dimana la memeluk dan mencium dokter yang dicintainya untuk terakhir kali sebelum meninggalkannya dalam kurun waktu yang cukup lama

Hatinya berdesir mengingat kejadian itu, benaknya terus terbayang akan seorang dokter berparas Indah, lesung pipi yang biasanya muncul saat sang empu menipiskan bibir dan tersenyum itu tak bisa dilihat lagi olehnya

Setelah pergi dari pos untuk mengkonfirmasi dan meminta izin untuk pulang, la mengambil barangnya dan pergi ke rest area

Namun belum sampai sana, Seorang wanita tiba tiba berlari kearahnya dan memeluknya

Jay terpaku, saking seringnya la memikirkan sang Istri, dia membalas pelukan Itu dengan erat, mencium puncak kepala Itu sayang. Dia begitu bahagia saat bisa merengkuh tubuh itu kembali, hingga,

"Jay?" Bianca melepas pelukan ketika merasakan ciuman di pucuk kepala yang Membuatnya malu la kira Jay merindukannya

Jay langsung melepas pelukan ketika mendengar suara yang berbeda dari yang la harapkan, lalu menatap wanita yang baru saja diciumnya. Ah,

Imajinasinya terlalu bagus

"Tumben banget kamu kayak gini? Bianca tersenyum

Jay tersenyum Simpul, "Ah, bukan apa apa" Menghela napas, menyadari realita pahit "Sudahlah, Aku lelah. Ayo pulang"

Bianca segera membantu Jay membawa barangnya, berjalan bersama pria yang masih mengenakan seragam lengkap, Dia baru sadar, pasti Jay sempat memeluknya erat dan mencium puncak kepalanya karena membayangkan bahwa dirinya adalah dokter yang sangat Jay cintai

 Selama berjalan, pandangan Bianca tak teralihkan dari wajah Jay yang tampak  lelah, dia juga menemukan sorot Kepasrahan dari cara mata elang itu menatap sekitar 

"Secinta itukah dia pada Istrinya?" Pikir Bianca yang memastikan dalam waktu dekat ini, Pasangan itu akan saling melupakan relationship mereka hingga melupakan perasaan cinta lagi di masing-masing hati itu, tunggu saja Jay

.

Suara bel rumah berbunyi di malam ketika Fey sendirian dirumah. Tak kuat bangkit karena drop, Bingung bagaimana menerima tamunya. Ia membiarkan tamunya masuk sendiri ke rumahnya karena ingat pintu depan tak dikunci 

Tak lama setelah bel nya berhenti,

"Rafeyza Sayang! Kenapa kamu bisa baringan lemah kayak gini nak? Mulai kapan kamu sakit? kamu sudah tau kalau orangtua kamu keluar kota, Kenapa kamu tidak bilang ke Ibu kalau kamu sakit? Aku Ibu kamu juga Sayang" Ibu Jay mengomel ketika melihat menantu kesayangannya terbaring lemah di atas ranjang. tangan nya menyentuh dahi Fey yang lebih dingin dari pada biasanya

"Kamu sakit apa sayang ? kok gak panas?"

"Cuma drop lok Mom, lelah aja"

"Oh, drop? dari kapan nak? belum lama ini, kan?" Pertanyaan tu digelang tidak lama oleh Fey 

"Barusan, kok. Habis Kerja"

"Kok bisa drop, Kamu belum makan ya? Jay tau tentang Ini?"

"Jangan kasih tau Jay, bu. nanti-" Ucapannya tak di selesaikan karena ponselnya di atas meja berdering lalu diambil oleh ibunya

"Jay. Sudah sampai?"

"Baru saja sampai rumah. Oh, Bu, Dimana Fey?"

"Hei, Ibu baru sampai ke rumahmu lalu melihat Fey berbaring lemah ranjang. Dia belum-"

"Ibu, jangan dibilangin" potong Fey berbisik

Ibu hanya menatap sekilas menantunya lalu melanjutkan bicaranya "Dia belum makan dari tadi pagi, kepikiran kamu terus"

"Sungguh? Bu, Jay mau bicara sama Fey" Pinta Jay yang kemudian ponsel itu diberikan pada Fey

"Halo, Rafeyza?" Panggilan Itu hanya dibalas dehaman pelan oleh Fey "sejak kapan kamu sakit? kenapa tidak bilang ke Ibu?"

"Aku cuma drop kok Jay, bentar lagi sembuh"

"Mana bisa sembuh kalau kamu nggak makan? jangan pikirkan aku, aku menyesal meninggalkan kamu kalau seperti ini. Apa aku kembali ke Indonesia saja dan berganti profesi?"

Fey belum sempat menjawab, dia terdiam Karena Mendengar suara wanita dari sana

"Ha? Kembali ke sana dan ganti profesi? untuk apa Jay?"

Boleh tidak Fey marah sekarang? Karena baru sampai di rumah saja Jay sudah ada bersama Bianca. Tapi, Fey tau mungkin wanita Itu hanya membantu Jay untuk membereskan barang barang. Mereka hanya teman kan, Fey?

"Jay, Kamu belum selesai beres beres, ya? Aku matikan dulu, dan beristirahatlah. Jangan jadikan aku sebagai pengganggu pekerjaanmu ya?" Tiba tiba panggilan dimatikan oleh Istrinya. Ia menatap bingung layar ponselnya

Sudah mati,kenapa tiba tiba Istrinya mematikan panggilan dan berkata seperti itu? 

"Jay, Ada apa? Panggilanmu dimatikan?" Tanya Bianca yang sedang menata lemari Jay

"Aku tidak tau. Sepertinya Fey marah, tapi aku juga tidak tau kenapa. Dari
ucapannya, sepertinya dia sedang tidak mau bicara lagi" Balas Jay tanpa melihat Bianca yang sedang tersenyum puas Ketika Fey marah disana

Ternyata mudah sekali membuat Fey marah dan mematahkan perasaannya. Berarti semakin mudah membuat mereka bertengkar dan menghancurkan rumah tangganya

.


Fey menolak ajakan Ibu Jay untuk tinggal di rumahnya, tapi Fey menolak. Bahkan. Ibu yang memaksa, dia bersikeras untuk menolak dan menyuruh Ibu Jay pulang sampai berbohong tentang kondisinya yang akan membaik. Ya beruntungnya dia benar Membaik 

Malam Ini dia kedatangan 2 tamu. Ibu Jay dan seseorang yang sebelumnya telah berjanji akan menemaninya setiap malam agar tak kesepian

"Kamu nggak lelah dengan pekerjaanmu? Sudah pulang sore, sampai rumah sendirian pula" Tanya Herden, "masih sering kah kamu mikir kalau dia masih ada disini?" 

"lya, Sering. Kalau lelah, aku terbiasa dari dulu, tapi sekarang aku juga khawatir sama kandunganku. Akhir-akhir ini aku juga males makan. tapi ujung ujungnya pasti kelaperan sampai kehabisan tenaga"

Herden hanya mengangguk ringan untuk menanggapi

"Herden, Sedekat apa Jay dan Bianca di sana? Mereka sejak kecil kan berteman?" Nada bertanya Fey terdengar serius

"lya, sangat dekat. kenapa?"

Herden yang menyadari Itu, curiga bahwa tadi ada apa apa, "Berhak 'kan aku marah kalau Jay baru sampai di rumahnya, dia sudah ada bersama Bianca disana?"

Herden terdiam seakan-akan berpikir. Namun di dalam hatinya, dia tertawa senang, Baru saja berpisah beberapa hari, sudah ada hati yang terluka lagi. Ternyata mudah sekali menghasut hati wanita Ini

"Mungkin Bianca hanya membantu Jay merapikan rumah. Tapi aku terus berpikir bahwa
Bianca akan mengambil Jay dariku, atau hanya aku yang terlalu berpikir negatif?" 

"Oh, tidak. Bianca tidak ada niatan merusak rumahtangga kalian. Dia tidak akan
pernah merebut Jay, dia juga tidak suka sama Jay"

Fey bingung. Dia ingin mempercayai Herden karena ucapan Jay sama saja Intinya dargan Herden, tapi Instingnya terus mengarah pada kerusakan yang akan terjadi di rumahtangganya karena Bianca


Mungkin Fey yang terlalu Nethink





BERSAMBUNG




Na.yya

Temporary ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang