.
.
.
.
.
"Aku kira akan pergi ke mana, sudah sejam lebih kita naik motor" Fey turun dari motor melepas helm. kakinya- ralat, sepatunya memainkan pasir di bawahnya"Kita sudah keluar dari area perkotaan, Kenapa aku tidak pernah tahu tempat ini? padahal lebih dari 20 tahun sudah aku tinggal di Jakarta" ucap Fey
"Banyak orang seperti kamu, selama-lamanya orang tinggal meskipun itu tempat asalnya Jika dia tidak pernah berkeliling, maka dia tidak akan pernah tahu bagaimana dengan hasil di sekitar tempat tinggalnya"
"Sudah jam 04.00 sore di sini, nggak ada apapun. kita mau ke mana?"
"Nggak ada apapun? Berarti benar memang kamu yang kurang jalan-jalan di sekitar kota ini" Jay melepas jaket denimnya untuk menikmati hembusan angin di jalan sepi berpasir itu hingga menyisakan kaos oblong putih yang memperlihatkan bisepnya
Fey tercengang melihat penampilan Jay sekarang, seperti bukan Erlangga Jay. Haha, apa ini? persiapan untuk besok malam agar Fey tidak terkejut?
Dia akui Ketaman Jay bertambah berkali lipat saat berpenampilan yang bisa dibilang lewat santai itu rambut hitamnya tetap tertiup angin ke belakang, membuat jidat Paripurna yang biasanya setengah tertutupi itu menjadi terbuka total. tapi Fey belum tahu saja saat Jay sudah memakai seragam dan topi pilotnya
"Hei, ayo. kamu kenapa?" Jay Melambaikan tangan di depan wajah Fey
"Ah, nggak papa. Ayo kita mau jalan ke mana?"
Lengan Jay merangkul kedua bahu Fey, kemudian Ia memakai kacamata hitamnya yang dia simpan di saku "Kita lihat sunset" Dia memberikan kacamata hitam yang lainnya kepada Fey
"Tapi ini baru jam 04.00 kan? di dekat sini ada pantai?"
"Menurutmu kita akan melihat sunset dimana?" Jay menarik untuk berjalan di sampingnya
Mereka melangkah berdampingan menuju pantai yang sering dikunjungi dulu saat masih kecil di sini, jarang ada orang yang ke sini karena pekerjaan mereka sekarang
"Aku kira nggak ada apa-apa di sini" gemam Fey yang mengedarkan pandangan ke sekitar "Aku beneran baru tahu tempat ini"
Jay terkekeh, dia melepas sepatunya untuk melangkah lebih dekat ke bibir pantai yang selalu sepi. lelaki itu merasakan kakinya yang mulai basah karena ombak kecil yang menerpa kakinya, geli
Suara kekehan perempuan terdengar di sampingnya, Jay menoleh dan pandangannya langsung disuguhkan dengan seorang wanita berprofesi dokter yang tampak masih muda, Bak gadis SMA
Fey mengambil kepiting kecil yang terbawa arus ombak berakhir terdampar di dekat kakinya "lihat ini Jay, dia sendirian" kemudian ia mengembalikan Kepiting itu ke tempatnya semula "pulang sana"
Jay senyum melihat hal yang Fey lakukan teruslah bersikap seperti ini, "aku lebih suka jika kamu lebih kekanak-kanakan"
"Memangnya aku seperti anak kecil?" sungut Fey yang berjongkok, dia mendongak pada Jay
Jay terlalu ikut berjongkok "Iya, kamu kecil, imut lucu apalagi kalau di kepang gini. aku jadi nggak tega mau masukin"
"Ada apa sama pikiranmu?!" pekik Fey kemudian mendorong Jay hingga terjatuh, ia beranjak "Aku jadi takut sama Erlangga"
Jay ikut beranjak lalu men dekat ke arah Fey, tangan kekarnya meraih kedua bahu Fey dan obsidian kelamnya menatap hazel wanitanya dalam, dia menyeringai "apa kamu takut? apa kita perlu pemanasan untuk mengurangi takut?"
Fey menatap Jay Aneh, dia mendorong kuat bahu sehingga dia terjatuh lagi. perempuan itu tertawa "Dasar om-om mesum!" serunya lalu berlari meninggalkan Jay
Jay tertawa lalu ikut berlari mengejar sehingga kaki mereka berdua terendam air laut sampai di bawah lutut mereka
Fey berhenti berlari karena melihat ikan kecil yang berenang di sekitar mata kakinya
"Jay, kamu-eh?! lepas!" pekiknya saat Jay memeluk tubuhnya dari belakang
"Nggak mau" Jay tersenyum, ia mendekatkan kepalanya untuk mendekat kepada pipi Fey lalu mencium Pipi itu bertubi-tubi
Fey bergidik geli, wajah hingga telinganya memerah, dia melangkah berat ia pergi menepi bersama tubuh Jay yang masih lengket di badannya, Bahunya terasa berat karena Jay menjatuhkan kepalanya kesana
Sampai di tepi, Jay melepas pelukannya "wajah sampai telinga kamu merah" dia dia terkirim Lalu melihat matahari yang akan terbenam di balik air laut, sinarnya begitu oranye menerangi sekitar
"Fey,lihat ini hal yang paling aku suka lihat, sunset bersama kamu Tapi aku lebih suka melihat wajahmu ketika Sunset" Jay menatap wajah Fey yang terpapar sinar Sunset itu dengan beberapa rambut yang terlepas dari kepangannya, terbang karena hembusan angin. Wanita itu sangat indah
Fey menatap Jay kala pria itu tersenyum, dia ikut tersenyum "karena kamu aku bisa menemukan hal baru yang paling indah dalam hidupku. Tak salah aku bawa kamu ke sini. Aku bisa melihat pemandangan paling indah didepanku"
Jay tersenyum semakin lebar, dengan tatapannya dia terlihat begitu tulus dan tenang. Pria itu menempelkan dahinya dengan dahi wanita di depannya lalu tangannya meraih pinggang ramping itu
"aku mencintai mu Naftaline"
Dengan perlahan Jay memiringkan wajahnya lalu mencium ranum peach yang sama untuk kedua kalinya, tak ada paksaan dan tolakan. Tangan pria itu tetap merengkuh pinggang sangat wanita dengan satu tangan lain yang mengusap pipi Fey yang mulus
Fey juga tak memberontak, dia menerima perlakuan lembut Jay, tangan kirinya ia alihkan kepada bahu lebar Jay dan yang satunya mengusap rahang tegas Jay
Hanya ada suara ombak laut dan kicauan burung yang menemani mereka berdua, biarkan dia manusia itu sedang menyalurkan rasa cinta mereka yang semakin tumbuh di perasaan mereka masing-masing
Pantai ini akan menjadi saksi bisu tentang rasa cinta yang semakin lama semakin membesar diantara dua manusia yang baru saling mengenal karena perjodohan canggung tanpa gurauan sedikitpun
Erlangga mencintai Naftaline dan Naftaline juga mencintai Erlangga. Semoga mereka akan tetap salim mencintai
Tak tau dan tak peduli akan ada apa di hari esok atau selanjutnya, entah masalah atau gangguan apapun itu mereka tak akan diam saja, mereka akan melawan siapapun yang mengganggu hubungan mereka
Dan satu hal lagi
"Erlangga, kenapa menangis?"
BERSAMBUNG
Na.yya☘︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Chaos
Hayran KurguDijodohkan dengan pilot yang menyebalkan, pelupa bahkan sering lalai dengan hal yang harus dilakukannya membuat Rafeyza harus banyak-banyak bersabar Tapi, ternyata sosok Jaydan tak seburuk itu ketika mereka sudah menjalin janji suci. Jaydan memang b...