38

11 1 0
                                    

.

.

.

.

Seharian Ini Jay dan Fey habiskan didalam rumah, tanpa tamu yang datang. Terkadang sibuk dengan ponsel masing-masing, dan terkadang juga berbincang santai, membicarakan hal hal ringan dimasa hidup mereka saat masih sendiri, Berkhayal jika saat anak mereka sudah lahir nanti. Hingga masalah yang ada di rumah tangga mereka

"Beberapa hari lagi, aku harus pergi ke Amerika. Saya tidak siap merindukanmu dan anak kita. Apa harus aku bawa kalian Ikut ke Amerika juga?" Jay berbicara sambil memainkan rambut Fey

"Tapi sampai sana kamu juga akan berkeliling dunia, Sedangkan orang tua kita sama-sama di Indonesia, percuma saja"

Jay menghela napas, "Betul juga, Sama saja aku menelantarkan kamu di tanah orang" 

"Biarkan saja aku tetap disini. Ada orang tua kita dan teman temanku yang akan menjagaku, tenang saja" Fey tersenyum mengusap pipi Jay, "Aku akan menjaga diri dan anak kita"

"Tapi, Herden?"

"Jangan khawatirkan itu, jika memang dia masa merusak rumah tangga kita, Aku tidak akan membiarkan Itu terjadi, tapi"

"Ada apa, sayang?"

"Aku tidak man berpikir buruk tentang Ini, tapi aku hanya khawatir akan lebih acuh padaku karena kamu semakin dekat dengan Bianca".

Jay terkekeh, "Tidak, Tidak mungkin. Jangan berpikir seperti itu, ya. Aku tidak akan acuh padamu. Sudahlah, Ayo tidur. Ini sudah malam"

Fey mengangguk lalu merapatkan diri kepada suaminya dan menyembunyikan wajah di Ceruk leher suaminya

Jay memeluk tubuh Istrinya dengan tangan yang tetap memainkan rambut panjang Itu. Dia mengerup puncak kepala Fey dan menghirup harum dan rambut,

"Selamat tidur, Semoga mimpi Indah"

.

"Hari ini kamu benar bekerja, apa yang akan saya lakukan nanti?"

"Kerumah orang tua mu, atau orang tua saya. Bisa juga bermain ke rumah Ricky. Terry bilang Ricky punya pacar yang freak kayak Ricky sendiri. Dia adiknya lia"

Jay tersenyum "Aku baru tau. Ya sudah, nanti aku bermain ke rumahnya" Dia menatap istrinya yang sudah berpakaian rapi dengan membawa jas putih selutut "Aku bangga dengan kamu"

"Maksudnya?"

"Liht kamu yang sangat cantik dan siap bekerja seperti Ini, aku bangga. Terkadang aku tidak percaya bahwa aku mempunyai istri seorang dokter yang semporna seperti kamu" 

"Alah, omong kosong. Sudahlah, Aku masuk dulu. Nanti aku pulang sore" Fey akan melangkah pergi

"Tunggu dulu, ada yang kurang" Jay Mencegahnya pergi lalu membenarkan rambut Fey yang sedikit berantakan dan

'Cup'

Jay mengecup sekilas bibir Istrinya hingga pipi Fey memerah samar "Jangan seperti itu, Ini diluar!"

Jay terkeken," Biar semua orang tau kalau kamu punyaku"

Fey menghela napas "Oh..." Dengan cepat la mengecup pipi Jay lalu kabur, Menjauh dari Jay "Sampai jumpa nanti!"

Jay membeku ditempatnya, menatap wanita yang semakin mengecil di pandangannya. Dia memegangi pipi bekas ciuman dari Istrinya. Dia sangat lemah jika Istrinya sudah seperti Ini. Padahal hanya kecupan singkat di pipi, wajahnya bisa memerah padam dengan detak jantung yang berdetak beberapa kali lebih cepat

"Jadi Pengen masukin lagi"

.

"Hei, akhirnya kamu masuk kerja lagi" Sapa Lia melihat Fey masuk ke ruangan mereka 

"Iya, maaf. kemarin aku gak enak badan, jadi baru masak sekarang"

"Yang bener? gak enak badan apa habis hubungan?" Kamal tergelak melihat tanda merah yang terlihat sangat tipis dan samar di leher Fey 

Lia tertawa "Sedalam apa, Fey?"

Wajah Fey memerah malu "Jangan gitu! Keliatan banget kah?"

"Jangan khawatir pasien Curiga, Itu nggak terlalu keliatan" Balas Kamal 

"Cuma matanya dia aja yang kelebihan" Imbuh Lia

"Ah, biarin aja. Dimana Terry?" Tanya Fey

"Belum datang, Dia kini berangkat siang karena ada keperluan. Oh lya, bulanmadu mu kemarin sempat ada masalah, ya?" Kamal menyahut

"lya, kami berpisah dan berada di negara yang berbeda seminggu lalu, Jay bilang, Herden pengen ngerusak rumah tanggaku. Entah Itu benar atau tidak" 

"Artikel itu pasti ceritain tentang Herden dan kamu. Artikel yang Kamal temain beberapa minggu lalu? Dia suka sama kamu. Harus waspada sih, terus gimana sama Bianca itu?" Lia menjawab dan kembali bertanya

"Aku juga khawatir tentang Itu "

.


"Tumben kesini, masih ingat orang tua ternyata " Ketus Ibu Jay ketika melihat putra semata wayangnya masuk ke rumah

"Jay minta maaf, Bu. Jay masih melakukan Quality time sama Fey. Sekarang dia bekerja"

"Cepet banget ya? Gimana sama keadaannya Sekarang? Sehat?"

"Oh lya! Bu, Jay seneng banget!" Jay memeluk ibunya

"Ada apa? Kenapa kamu seperti Ini?" Sang Ibu mendorong putranya 

"Bu, Jay akan jadi ayah! Fey sudah hamil 2 minggu!"

Mata Ibu Jay embola, "Sungguh?! Jangan bercanda kamu!"

"Iya, Kemarin Fey mual mual, kemudian kami pergi ke rumah sakit buat periksa dan hasilnya Fey politif hamil 2 minggu. Mommy akan punya cucu!" 

Ibunya terdiam sejenak, tak yakin dengan ekspresi Jay, "Tidak. Ibu percaya kalau kamu yang bilang. Ibu harus bertemu menantu Ibu sendiri"

"Memang wajah Jay kurang serius apa? Jay nggak bohong!"

"Cukup Serius sih, tapi kamu sudah sering berbohong sejak kecil" 

"Baiklah kalau Ibu tidak percaya. Nanti malam-" Jay tak lanjutkan ucapannya ketika ponselnya 

Tumben Sekali Koordinator Penerbangan bandara Internasional Seattle menghubunginya di saat saat cuti

"Halo. Tuan Jaydan?"

"Ya. Ada apa?"

"Sekarang anda masih ada di Indonesia, kan? Jadwal flight no 824. Pesawat dari Amerika sudah mendarat di Indonesia kemarin lusa. Dan jadwalnya hari la akan kembali ke Amerika"

Hm.. Firasat Jay tak enak dengan Ini "Iya, lalu?"

"Sebenarnya Nicholas yang akan menerbangkannya Kembali ke Amerika. Tapi
dia ada urusan mendadak di Jepang tadi malam. Dan maaf sebelumnya jika ini sangat mendadak, tugas Anda aktif hari Ini juga, cuti anda terpotong seminggu. Bersiap siap lah, pukul 17.00 WIB pesawat lepas bandas. Datanglah paling lambat sejam sebelum itu"

Jay menghela napas berat. Secepat ini kah dia harus meninggalkan Istri dan
anaknya?






BERSAMBUNG



Na.yya

Temporary ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang