CHAPTER 22 SEASON 2: "The No Salvation For Hoer Verde Of 1923"

6 2 0
                                    

The Principals Of Life And The Ant Keeper

"Suffer, sang dewi kesengsaraan agung, jauhkan aku dan keluargaku dari kesengsaraan, datangkanlah pengharapan pada kami, sebentar lagi kami akan tidur, lindungi kami selama kami tertidur."

Hoer Verde, sebuah desa kecil ditengah hutan brazil, mayoritas bahkan semua penduduknya memuja Suffer dan Despair.

"Hoer Verde, mengapa engkau hendak memberi mereka hukuman?" Tanya Heritage.

Suffer memotong daging sapinya dan menyuap daging itu masuk kedalam mulutnya.

Selama ini, Heritage tahu rahasia bahwa Principals tidak menuruti hukuman mereka, untuk tertidur selama Avatar mereka ada.

Mereka sedang mengadakan makan malam bersama-sama, Heritage ikut acara keluarga tersebut.

"Suffer, Despair, mengapa engkau terdiam saja? jawab pertanyaannya, mengapa engkau menghukum Hoer Verde?" Life menaruh alat makannya pada piring walau ia belum selesai makan.

"Aku terkejut jika engkau tidak menghukum mereka."

"Itu tidak menjawab pertanyaanku sama sekali, Despair, Hoer Verde telah taat beribadah, kesalahan mereka hanya tidak merayakan festival kesengsaraan."

Suatu siang yang ber angin, matahari tidak memiliki celah untuk bersinar karena awan yang tebal.

Seorang perempuan tua sedang bermeditasi ditengah-tengah desa, ialah yang dianggap paling dekat dengan kedua yang Agung, Suffer dan Despair.

"Aline, engkau sudah bermeditasi sejak kemarin sore, itu sudah cukup."

Aline akhirnya membuka matanya dan melihat kearah suaminya yang sedang berdiri.

"Benarkah? aku merasa hanya baru bermeditasi selama beberapa jam, aku benar-benar dekat dengan mendengar suara sang Kesengsaraan."

Ia berdiri dan kemudian masuk kedalam rumahnya.

"Malam ini akan menjadi malam terpanjang diseumur hidup kita, aku mendengar kemarahan kedua yang tertinggi."

"Apa kata sang Kesengsaraan dan sang Keputusasaan?"

"Mereka dipenuhi amarah, mereka benar-benar terbutakan oleh amarah."

"Desa bodoh ini, aku sudah memperingati mereka untuk merayakan festival kesengsaraan."

"Mungkin mereka hanya realistis, korban yang dibutuhkan untuk festival itu banyak sekali, sekitar sepuluh orang."

"Namun jika kita melakukan festival itu, seluruh desa tidak akan terkena amarahnya kan?"

"Apakah ada cara mencegah amarah sang kesengsaraan?"

"Engkau berharap untuk melawan sang kesengsaraan itu sendiri? skala kekuatannya mencapai tak terbatas."

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Seseorang mengetuk pintu kayu dari kedua suami istri itu.

"Biar aku yang buka."

The Principals Of Life(ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang