08. PERTEMUAN PERTAMA KITA
"Gi, buruan!" John berteriak dari depan rumah Isagi. Laki-laki seumuran Isagi itu terus mengecek jam yang melingkar di tangannya. "Lo mau berangkat jam berapa lagi gila? Buruan!" Dia kembali berteriak tak sabaran.
"Bintang utama selalu dateng terakhiran, John." Isagi terkekeh singkat sembari kakinya melangkah meninggalkan pintu depan. Laki-laki berusia 23 tahun itu sudah siap dengan kemeja biru tua yang melekat di tubuhnya, ujung kemejanya ia gulung sebatas siku sehingga menampilkan jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Rambutnya sudah tersisir rapi, wajahnya tampak segar dengan wangi yang astaga, John bisa merasakannya dari kejauhan.
"Jangan banyak gegayaan lo, buruan naik. Lo pikir jarak dari rumah lo ke venue deket? Buset, pengen cepet-cepet resign gue jadi asisten lo." John terus saja mengeluh sedari tadi. Dia membiarkan Isagi masuk sendiri ke kursi penumpang di belakang, sedangkan ia duduk di kursi kemudi.
"Karena ini udah telat banget gara-gara lo tingkahnya udah kayak princess lelet yang pengen banget gue sleding, jadi jangan salahin gue kalo kita mati di tengah jalan karena gue ngebut," kata John yang membuat Isagi menatapnya jengah.
Isagi membalas. "Justru kalo lo banyak cincong kayak gini, kita tambah telat."
"Iya ini juga mau jalan." Tak lama, mobil yang dibawa John meninggalkan pekarangan rumah mewah milik Isagi Nabastala.
Sembari membiarkan John menyetir di bangku pengemudi, Isagi membuka ponselnya. Dia mengecek media sosial. Banyak sekali akun yang mengetag dirinya. Sebagian besar memberitahu bahwa mereka telah sampai di lokasi tempat meet and greet Isagi akan dilaksanakan. Tak jarang pula Isagi memberikan respon suka dan meninggalkan beberapa komentar penyemangat.
Untungnya hari ini adalah hari libur, jalanan pusat kota di sore hari tidak begitu ramai. John yang mengemudi tidak perlu ngomel-ngomel karena terjebak macet. Setidaknya mereka bisa tiba tepat waktu di lokasi acara.
Mobil berhenti dikarenakan lampu merah. Isagi kembali memasukkan ponselnya. Laki-laki itu menatap ke sana ke mari dengan rasa bosan. Ujung matanya menangkap seorang wanita paruh baya yang tampak kesulitan menyebrang dengan menggunakan kursi roda. Wanita itu sendirian. Isagi juga menatap sekeliling yang tampaknya tak seorang pun hendak membantu.
"Eh John, turun John, bantuin," seru Isagi yang tak tega membiarkan wanita itu menyebrang dengan kesusahan. Namun, baru saja Isagi hendak membuka pintu mobil, seorang gadis dengan helm ojek hijau di kepalanya berlari lebih dulu menghampiri wanita itu. Dengan cepat dia mendorong kursi roda itu hingga ke seberang jalan.
Setelah membantu, gadis itu berjalan melewati mobil Isagi lantas naik kembali ke motor tukang ojek yang ia tumpangi.
Tapi tunggu dulu, wajahnya sungguh tak asing.
"Woy Isagi! Itu lelesakti, kan? Njir, gue inget banget mukanya. Aduh tapi gue lupa namanya. Siapa lagi ..."
Ya Isagi baru ingat, gadis itu, gadis pemilik akun lelesakti yang kerap kali menghujaninya hujatan. Akun yang belakangan ini menghilang tanpa sebab. Iya, itu dia.
"Rana." Isagi memberitahu John nama gadis itu.
****
Rana baru saja tiba di lokasi tempat diselenggarakannya meet and greet Isagi. Banyak penggemar yang sudah hadir di sana. Rana merasa asing sendiri, dia yakin, saat orang-orang ini mengetahui ia adalah fans garis keras Rahsa, mereka pasti akan memaki-makinya setengah mati. Rana merinding, untuk saat ini, maaf Rahsa, Rana akan berpura-pura menjadi fans Isagi.
Orang-orang yang berdatangan rata-rata membawa banner dengan tulisan Isagi atau yang berhubungan dengan artis tersebut. Rana sendiri yang datang tanpa apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HATERS
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Candala Rana Payoda tidak akan pernah bosan untuk membahas Rahsa Cakrawala, penyanyi favoritnya. Sebagai fans garis keras, Rana akan selalu berada di garda terdepan untuk membela Rahsa dari segala cacian bersama jutaan fans...