21. KADO UNTUK RAHSA
Rana mondar-mandir di kamarnya sambil menggigit jari. Di tangan kanannya memegang sebuah dompet berwarna merah muda. Dompet itu terbuka, namun tak ada isi di dalam sana, kecuali KTP dan foto Rahsa.
Ulang tahun Rahsa tak lama lagi, dan Rana sama sekali tidak punya uang untuk membelikan idolanya itu hadiah. Terkadang, Rana harus mengutuk dirinya sendiri karena sulit berhemat.
Saat otaknya sedang bekerja keras memikirkan dari mana uang akan datang, saat itu pula pintu kamar Rana dibuka tiba-tiba. Rana berhenti sejenak untuk menoleh ke arah seseorang yang sudah pasti Rana kenal selalu membuka kamarnya tanpa etika.
Wajah berkacamata itu menyembul dari balik pintu, dia menyengir lebar, lanjut membuka pintu dan menjulurkan tangan.
Rana menarik sebelah kiri alisnya, mengambil novel yang diberikan Jayden.
"Ngapain lo ke kamar gue?" tanya Rana garang. Dia tidak akan lupa bahwa Jayden sudah membohonginya dengan mengatakan Rahsa akan datang ke acara ulang tahun Alea, adik Sandy. Dan sejak saat itu pula, Rana enggan sekali berbicara dengan Jayden membuat laki-laki itu sering memutar otak untuk mendapat maaf dari adiknya.
"Masih marah?" tanya Jayden takut-takut. Sedikit demi sedikit, dengan kehati-hatian, kakinya berjalan menuju rak yang sudah diisi tujuh seri Harry Potter tersebut.
"Menurut lo?" ketus Rana. Hidungnya kembang kempis, apalagi saat melihat tangan Jayden perlahan menggapai salah satu novel. Rana bersedekap dada. "Stop!" Dan otomatis, gerakan tangan Jayden terhenti membuatnya melayang di udara.
"Lo— jangan lo baca novel-novel gue selagi gue masih marah ya!" kata Rana tegas. Dia berjalan cepat menuju raknya, menghalangi Jayden yang ingin mengambil novel-novel miliknya.
"Pinjem bentar lah, gua mau baca yang kedua."
"No way! Jangan baca-baca novel gue lagi. Beli aja sono, novel gue suka meriang dibaca pembohong kayak lo. Pendusta, cih!" Rana memandang sinis Jayden, dia meletakkan novel di tangannya pada deretan novel-novel lain.
Jayden mengacak rambutnya frustrasi. Dia berjongkok dengan dramatis lalu berkata, "Gua udah minta maaf tapi enggak lu maafin. Gua harus apa biar bisa ketemu Hermione gua, Danar?"
"Serius lo pengen banget baca novel ini?" Rana menarik kedua alisnya. Tiba-tiba saja sebuah ide cemerlang melintas di otak gadis itu. Sori Albert Einstein, Rana sekarang merasa jadi orang tercedas di muka bumi ini.
"Ya!" kata Jayden semangat.
"Yaudah," Rana membuang mukanya, berujar dengan gaya selangit. "Kasih gue duit 200 ribu," sambungnya.
"Buset, Ran." Jayden tercengang. "Lo malak gua sekarang?"
"Eits! Itu cuma harga buku yang mau lo pinjem. Abang bisa pinjem untuk seri lanjutan dengan duit 200 ribu itu. Tapi ... Ada tapinya," Rana menghentikan ucapannya. "Itu belum termasuk maaf. Kalo mau dapet maaf dari gue, lo harus nambah cepe. Jadinya 300 ribu," lanjutnya.
"Astaga, perhitungan banget jadi adek. Emang buat apa sih lu duit 300 ribu?"
"Jangan tanya-tanya, tapi yang jelas itu untuk tujuan yang mulia. Ya ... itu serah Abang sih, kalo mau ya kasih 300 ribu, kalo enggak mau, beli aja novelnya sendiri. Mungkin nyentuh jutaan kalo beli semua serinya."
Jayden berpikir sejenak, menimang-nimang tawaran Rana. Hingga akhirnya, dengan berat hati dia mengangguk lesu.
"Yodah, gua ambil duitnya dulu. Siniin semua bukunya, gua males bolak-balik kamar lo untuk ambil buku itu."
"Duitnya dulu, baru novel," kata Rana, masih menahan novel-novel yang tersusun rapi di rak.
Dengan langkah gontai dan dengkusan napas terus-terusan, Jayden menuju kamarnya. Sedangkan Rana bersorak senang, dia berlompatan riang. Akhirnya! Dia bisa beli kado untuk Rahsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HATERS
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Candala Rana Payoda tidak akan pernah bosan untuk membahas Rahsa Cakrawala, penyanyi favoritnya. Sebagai fans garis keras, Rana akan selalu berada di garda terdepan untuk membela Rahsa dari segala cacian bersama jutaan fans...