14. BYE-BYE, ISAGI!
Rana mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sambil memegang dua poster seukuran meja yang tergulung, Rana berusaha menjaga dirinya agar tetap terlihat tidak canggung.
Sudah lima menit keduanya hanya berdiam diri. Isagi di seberangnya tampak bersedekap dada, memandang Rana lurus membuat Rana lagi-lagi salah tingkah—malu atas perbuatannya.
Akhirnya Rana memberanikan diri bertanya lebih dahulu. "Sejak kapan kamu tau aku lelesakti? Dan kenapa kamu nyamar-nyamar jadi fans Rahsa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Rana, Isagi justru menyengir. "Kamu kenapa lebih suka Rahsa dari pada aku? Emangnya aku kurang apa?"
"Banyakkk. Salah satu kurangnya kamu itu, kamu kurang kerjaan! Ngapain kamu nyamar-nyamar jadi fans Rahsa segala? Buat apa kamu ngebohongi aku? Kamu balas dendam ya gara-gara aku hujat kamu terus?" Wajah Rana merah padam, dia agak kecewa telah dibohongi.
"Ya." Isagi membalas singkat. "Aku sakit hati banget setiap baca dm kamu. Aku ngerasa karirku bakal hancur saat itu juga. Aku takut tampil karena enggak percaya diri. Pikiranku jadi buruk, aku nganggap semua fans-ku kayak kamu, mereka benci aku sebenernya." Wajah Isagi tertunduk dalam, tentu saja, semuanya bohong. Dia berujar dramatis. Seru sekali melihat ekspresi Rana yang tiba-tiba menyesal. Bahkan Rana menggigit bibirnya takut.
"Hah? Sampe segitunya?" Rana melongo. Jujur saja, dia merasa sangat tak enak. Dia seperti penghambat karir seseorang. Meskipun ia tidak menyukai Isagi, bukan berarti Rana ingin laki-laki itu jatuh sekarang ini.
"Jadi, kamu mau penjarain aku?" Mata Rana berkaca-kaca, bibirnya bergetar.
"Emangnya kayak mana penjara? Aku takut gak bisa tidur di penjara, katanya enggak ada kasur. Makanan penjara pasti enggak seenak masakan bunda. Di penjara aku pasti nggak bisa nonton TV. Gimana aku mau beli jajan kalo lagi di penjara? Aku nggak bisa lagi malakin Bang Jay. Aku pasti mendekam seumur hidup di penjara, sampe tua. Gimana nasib jodoh aku kalo aku di penjara? Bang Jay pasti jadi anak kesayangan ayah..." Tiba-tiba Rana terisak. Membayangkan dirinya dikawal polisi, diberitakan di mana-mana, orang-orang melemparinya telur busuk, divonis seumur hidup penjara, teman-teman menjenguknya dengan pakaian cantik sementara Rana mengenakan baju tahanan, rambutnya kusut, tangannya kasar, matanya bengkak karena dipukulin tahanan lain... menjadi budak... selalu disuruh-suruh tahanan lain...
Isagi jadi kelabakan, dia menarik selembar tisu di atas meja, buru-buru memberikannya pada Rana. "Eh kamu jangan nangis dong. Aku enggak masukin kamu ke penjara. Aku juga enggak sakit hati sebenarnya. Maaf ya."
Rana menyeka air matanya, menatap Isagi. "Beneran?"
"Iya." Isagi manggut-manggut, dia menoleh pada secangkir kopi di depannya. "Ini buat aku, kan?" Rana mengangguk sambil membersihkan ingus yang keluar.
"Aku udah baca dm kamu, Rana. Enggak sengaja ngeliat. Aku enggak sakit hati, dm kamu lucu-lucu soalnya."
"Lucu?" Rana bingung. Dari mana lucunya? Pertanyaan itu tak sampai ia keluarkan. "Oh ya ..." Rana mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HATERS
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Candala Rana Payoda tidak akan pernah bosan untuk membahas Rahsa Cakrawala, penyanyi favoritnya. Sebagai fans garis keras, Rana akan selalu berada di garda terdepan untuk membela Rahsa dari segala cacian bersama jutaan fans...