02. SEMUA SALAH JAYDEN
"Untung aja kita dapet materi yang gampang weh, jadi kelompok lain enggak nanya yang aneh-aneh." Karin bernapas lega begitu mereka baru saja menyelesaikan presentasi.
Yosika mengangguk setuju. "Yoi, jadi enggak ada pertanyaan yang aneh-aneh. Sebel gue, apalagi si Tino. Lo inget kan dulu pas presentasi Prakarya dia nanya siapa yang pertama kali pake kertas?"
"Wah itu tai banget kalo diinget. Sampe kita harus tegak depan pintu hampir empat puluh menit untuk nyari jawaban pertanyaan dia doang." Tabita menimpali yang mendapat anggukan setuju dari yang lain. Ketiganya mendudukkan diri di bangku masing-masing.
Sementara Rana sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan tubuh tak nyaman. Berulang kali bergerak gelisah, tampak gusar.
Tabita yang pertama kali menyadari itu menyenggol lengannya. "Heh, nenek peyot, lo ngapain?" Gadis itu bertanya.
Rana menyengir, "Ntar sore tiket meet and greet Rahsa udah bisa dibeli."
"Terus?" Yosika menatapnya bingung.
"Masalahnya wahai teman-temanku yang enggak beradab, gue takut gak kebagian tiket. Benci banget soalnya jari gue lelet untuk war begituan." Kepala Rana tertunduk dalam, merasa telah kalah sebelum berperang.
"Yaelah, kayak ada yang beli aja tiket si combro itu." Yosika menyahut malas. Gadis itu merebahkan kepalanya ke atas meja.
"Wah sembarangan lo! Justru Rahsa itu penyanyi yang paling laku! Emangnya Isagi si Jengkol Busuk itu, yang kalo ngadain apa-apa banyak bangku kosong?!" Rana tak terima, dia menyambar ketus membuat Yosika membulatkan matanya.
"Sadar dong, tiketnya si Rahsa itu yang beli paling orang-orang dia doang. Fans aslinya mah bisa diitung jari."
"Hah emang iya, Ran?" Kali ini Karin bertanya dengan raut wajah shock.
Rana mengalihkan pandangannya ke Karin. "Haduh Karina, dari pada percaya omongan Yosapi, mending lo percaya kalo Mike Tyson aslinya perempuan."
"Hah serius Mike Tyson perempuan?" Karin lagi-lagi bertanya bertanya, kali ini wajahnya lebih shock dari sebelumnya.
Tabita yang sedari tadi hanya mengamati sampai menepuk dahi. Dia merangkul Karin, berujar dengan kalem, "Semuanya boong."
Karin manggut-manggut, dia menggaruk tengkuknya. "Aku kira beneran," ucapnya sambil menyengir lebar.
"Oh iya, aku juga pengen ketemu Rahsa, Ran, beli tiketnya di mana?" tanya Karin setelah beberapa detik hening.
"Eh lo mau beli juga?" Rana terkejut. Karin membalasnya dengan anggukan kepala.
"Jangan dong, nanti tambah banyak saingan gue." Rana mengeluarkan tampang memelas yang tampaknya sukses membuat Karin luruh. "Oh ya udah deh, aku ntar streaming aja ya."
"Nah, bener tuh Karin. Kasihanilah gue sebagai pecinta Rahsa nomor satu untuk menggenggam tangan cowok gue itu." Rana tersenyum lebar, memeluk Karin dengan erat.
"Iya, semoga kamu bisa cepet ketemu Rahsa ya," kata Karin terlihat tulus yang membuat Rana sebenarnya agak tidak tega.
"Apaan dih lo, malah ngehasut Karin. Eh, Karin itu fans Combro juga, biarin dong kalo dia mau liat si Combro." Yosika berseru tak terima.
"Fans Jengkol Busuk diem aja deh. Di saat-saat kayak gini lo tuh bukan temen gue," balas Rana dengan sinis.
Tabita menutup kedua telinganya dengan telunjuk, dia menatap fokus ke bukunya sambil bergumam, "Untung gue beda kiblat sama mereka. Apaan sih Isagi, Rahsa, ganteng juga Song Kang ke mana-mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HATERS
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Candala Rana Payoda tidak akan pernah bosan untuk membahas Rahsa Cakrawala, penyanyi favoritnya. Sebagai fans garis keras, Rana akan selalu berada di garda terdepan untuk membela Rahsa dari segala cacian bersama jutaan fans...