07. DASAR YOSIKA!
"RANAAAAA!!!"
"Anjir!" Rana tergopoh-gopoh turun dari ranjang tempat tidurnya begitu suara Jayden terdengar menggema dari arah pintu depan. Sayangnya, pergerakan Rana kurang cepat, begitu dia sampai di pintu kamar hendak menutup, tangan Jayden lebih dulu tiba di sana, menahan pergerakannya.
Urat-urat Jayden tampak jelas membuat Rana menelan ludahnya kasar. Gadis itu panik. Hingga tiga detik berselang, Jayden sukses menyentak pintu tersebut hingga terbuka lebar menampilkan wajah Jayden yang merah padam.
"Lo! Bener-bener lo ya!"
"BUNDAAAA!!!" Rana berteriak histeris layaknya korban teraniaya. Gadis itu menunduk, berlari secepat kilat menghindar dari Jayden. Jayden juga tak tinggal diam, dia berjalan cepat untuk menggapai Rana yang membuat gadis itu tambah ketar-ketir dibuatnya.
Rana berlarian tak karuan hingga berakhir menghampiri Bunda yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Buru-buru Rana bersembunyi di balik punggung Bunda.
"Bunda, tolongin aku!"
"Eh kenapa?" Bunda celingak-celinguk kebingungan. Dia menatap Jayden dan Rana secara bergantian dengan heran.
"Kalian ini kenapa?" tanya Bunda lagi.
"Bunda, tolong, sikopet ini mau menganiaya akuuuu!!!" Rana berseru histeris.
"Heh mulut lu ye!" Jayden menyargah tak terima. Dia mendekat pada Rana yang membuat Rana tambah berteriak histeris.
"Haduh, ini kenapa, sih? Kalian ganggu Bunda aja!" Bunda mengaduh, menggeliat saat Rana menarik-narik punggungnya sebagai penghalang.
Kepala Bunda menoleh ke arah Jayden. "Abang? Ini ada apa? Jangan kek gitu ah sama adiknya."
"Bunda ..." Jayden membalas lembut. "Si orgil ini nguras duit aku, Bun. Dia mesen kopi tapi nggak bilang-bilang berujung jadi aku yang bayarin semuanya."
"Fitnah!" Rana menyolot tak terima. "Mana buktinya?"
"Heh tuyul! Emang ada bukti lebih kuat kalo lo itu ngaku-ngaku jadi istrinya Rahsa hah? Kalo mau nguras dompet gua tuh yang pinter dikit dong!" Jayden misuh-misuh, bahkan kacamatanya sudah turun ke mulut karena lasak sekali geraknya.
"Yang bininya Rahsa kan banyak, bukan cuma gue!"
"Jangan lu pikir gua nggak tau ya kalo lo sama temen-temen lo tuh di kafe. Gausah ngeles, pake ngendap-ngendap lagi supaya nggak ketauan gua."
Rana melongo. Sudahlah, semuanya sudah terbongkar, dia tidak bisa menolak lagi.
"Yaudah sih, kopinya juga buat ayah sama bunda. Gak usah medit lo jadi abang!" Rana memandangnya sinis.
"Kopi yang tadi, Ran?" tanya Bunda yang akhirnya mengerti arah pembicaraan kedua anaknya. Rana mengangguk, "Iya, Bun. Bang Jay tuh yang bayarin."
"Oh ..." Bunda manggut-manggut, "Makasih ya, Jay, kopinya enak."
Dengan setengah hati, Jayden mengangguk, "Iya, Bun."
Tiba-tiba Rana teringat sesuatu. "OH IYA!" Dan perasaan Jayden pun mulai tak enak.
"Bun, si telegu ini tadi bawa cewek ke kafe," ucap Rana enteng. Sedangkan Jayden sudah terbelalak.
"Heh!"
"Bawa cewek?" Bunda mengulangi, menatap Jayden dengan senyum sumringah. "Kamu udah punya pacar, Bang?"
Alhasil, Jayden hanya menggaruk bagian kepalanya, cengar-cengir. "Belum sih, Bun. Lagi deket aja, doain dah yak supaya cepet nyantol."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HATERS
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Candala Rana Payoda tidak akan pernah bosan untuk membahas Rahsa Cakrawala, penyanyi favoritnya. Sebagai fans garis keras, Rana akan selalu berada di garda terdepan untuk membela Rahsa dari segala cacian bersama jutaan fans...