20 - Perkara Elusan Kepala

43 5 0
                                    

20. PERKARA ELUSAN KEPALA

Jam istirahat kedua tengah berlangsung di sekolah Rana. Rana menyangga dagunya dengan kedua tangan di atas meja. Matanya menatap Tabita dan Yosika yang asik bermain kartu.

Di sela-sela permainan keduanya, Tabita bertanya pada Yosika. "Lo dah balikan kan sama Reza?"

"Lo tau dari mana?" Yosika kaget.

"Sering gue ngeliat lo mojok di taman. Anak alay. Katanya enggak bakal balikan lagi, omong kosong," ucap Tabita. Yosika mendesis tak suka, dia mendelik, "Sirik aja lo, cari pacar sono."

"Untuk saat ini, belum ada yang klop sama gue," sahut Tabita santai.

"Halah, bukan belum ada, tapi lo-nya aja yang gak nyari. Dalah, Tab, jangan nungguin Bang Jay, dia dah ada pawang sekarang," kata Yosika sukses membuat Tabita melayangkan toyoran ke kepala gadis itu.

"Anjing," Lalu netranya beralih pada Rana, berucap dengan sedikit tak enak hati, "Gak usah lo percaya omongan nih orang. Gak ada gue nungguin Abang lo."

"Bang Jay lagi gak akur sama pacarnya." Ucapan Rana itu sukses membuat Tabita terbelalak dan Yosika terbahak senang, bertepuk tangan ceria.

"Wah, gak usah kaget kalo ntar malam rumah Tabita ada syukuran." Yosika tertawa geli. "Berita bagus buat lo nih, Tab," lanjutnya.

"Mending lo tutup mulut," kata Tabita jengah. "Mulut lo selalu ngasih informasi yang gak jelas."

"Halah, Tab, Tab, masih aja ngeles."

"Diem."

Rana tertawa kecil, tapi diam-diam memikirkan kejadian mendadak yang ia alami semalam. Dengan penasaran, Rana bertanya pada Yosika. "Yos, lo pacaran sama Reza dah ngapain aja?"

Yosika mengetuk-ngetuk kepalanya dengan telunjuk, berpikir, "Ngapain? Ya ngapainnya orang pacaran lah. Pegangan tangan? Terus ..."

"Ciuman?" Tabita menyambar.

Yosika menyengir lebar, menepuk bahu Tabita malu-malu. "Ya dikit lah ..." Dan buru-buru menambahkan, "Tapi gak sampe parah banget kok, sumpah dah, gue masih waras. Kalo sampe si Reza macem-macem, gue tonjok dia."

"Terus elus-elus kepala pernah gak?" Rana tidak begitu peduli dengan yang diucapkan Yosika, dia lebih peduli tentang yang satu ini.

Yosika mengangguk. "Pernah, dan selalu jadi favorit gue. Kayak, setiap Reza ngelus kepala gue, gue deg-degan banget, njir? Kayak lo paham lah ya, rasanya kayak disayang banget. Menurut gue pribadi, elusan kepala tuh tahta tertinggi di antara yang lain. Apalagi kalo ngelus sambil bilang i love you, wah bangsat, mati di tempat gue bisa-bisa."

"Kebanyakan kayak lo," dengkus Tabita.

"Yeu sirik aja. Kalo mau nyoba, suruh aja noh Song Kang elus-elus pala lo."

Tabita tak menjawab, dia menghela napas berat lalu bersedekap dada.

"Siapapun yang ngelus pasti sama aja rasanya," kata Rana, mencoba menenangkan diri.

Namun, Yosika cepat-cepat menyilangkan tangannya tak setuju. "No, no, lo gak mungkin baper kalo tiba-tiba kepala lo dielus sama Jayadi. Kecuali lo emang naksir sama doi. Sentuhan bokap lo, nyokap lo, atau abang lo, pasti beda-beda. Dan untuk gue, elusan kepala dari Reza yang paling gue suka."

"Durhaka lo sama orang tua." Tabita menyambar ketus.

"Bukan gitu, Tab. Karena orang tua gue jarang, bahkan gue lupa kapan terakhir kali mereka ngelus-ngelus kepala gue karena sibuk kerja, elusan Reza jadi favorit gue. Ya karena Reza yang sering ngasih gue lebih banyak perhatian?"

LOVE HATERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang