10 - Jayden Pencitraan

44 6 1
                                    

10. JAYDEN PENCITRAAN

"JENGKOL BUSUK?!"

"Buset John, kuping gua sekarat denger teriakan lo!" Isagi berseru ketus, dia menutup telinganya akibat teriakan John barusan.

5 menit lalu, Isagi memutuskan menceritakan apa yang sedang ia lakukan. John yang memaksa karena cowok itu sangat penasaran kenapa Isagi memerlukan dua ponsel. Akibat terus didesak, Isagi memilih menceritakannya.

Itu adalah reaksi pertama yang diberikan John begitu Isagi memberitahunya bahwa pemilik akun lelesakti menjulukinya Jengkol Busuk.

"Lelesakti manggil lo Jengkol Busuk?!" John kembali memastikan, takut yang ia dengar adalah kesalahan.

Isagi mengangguk, tampak tak kesal sama sekali dijuluki demikian.

"Astaga, biasanya julukan yang orang-orang kasih ke lo tuh 'Sang Penyanyi', 'Penyanyi Tampan', 'Penyanyi dari Surga', but Jengkol Busuk?!" John menampilkan raut tak percaya. Kemudian cowok itu tertawa. "Unik banget nih orang. Gue gebet aja kali ya." John bercanda yang justru mendapat delikan tajam dari Isagi. "Masih SMA, John," katanya memperingati.

"Halah, ntar naksir juga lo." John berdecih sedangkan Isagi menggidikkan bahunya. Tak ada yang tahu nanti.

"Oh ya, ntar malem jangan lupa lo, diundang ke podcast Gany Derian."

Isagi menangguk, tak membalas.

"Fokus aja ke promosi musik lo. Jangan nyeleneh lo kalo jawab pertanyaan. Gue ingetin nih," kata John lagi.

"Iye, John. Emang udah berapa kali sih gua ke podcast, yaelah cerewet amat lu," balas Isagi malas. Cowok itu kembali menoleh ke arah ponselnya, membuka media sosial, update kegiatan.

****

"Ran, balik bareng gak?" Leo tiba-tiba muncul begitu Rana baru saja keluar dari kelasnya. Teman-teman Rana saling pandang lantas terbatuk-batuk dengan sengaja.

"Duluan ya, Ran." Yosika memandu Tabita dan Karin untuk segera pergi dari sana, membiarkan dua sejoli itu bercengkrama.

Leo tampak lebih canggung ditinggal berdua dengan Rana seperti ini, terbukti dari laki-laki itu terus menyentuh tengkuknya.

"Boleh! Ayo balik bareng." Rana membalas riang. Leo yang semula sudah pesimis langsung menegakkan tubuhnya semangat. Senyum di bibir cowok melebar, dia dan Rana berjalan beriringan menuju parkiran.

Meskipun jarak rumah Rana dan sekolah dekat, Rana tidak akan menolak tawaran tumpangan apapun. Selama itu menguntungkan Rana, gas, tidak perlu menolak.

Tapi sepertinya Leo tak boleh bahagia terlalu lama, sebab sebuah mobil merah berhenti tepat di depan gerbang begitu saja. Mobil yang begitu Rana kenali, ditambah sang pemilik keluar dari sana dengan pakaian yang sangat rapi.

"Ngapain dia?" Rana bergumam heran. Bahkan beberapa perempuan terang-terangan menatap kakak laki-laki Rana itu. Tentu saja, sang empu menebar senyum yang membuat Rana mulas.

Rana berjalan menuju gerbang menghampiri Jayden, begitupun Leo yang mengikutinya.

"Orang gila dilarang dateng ke sekolahan," kata Rana tak senang. Jayden meskipun kesal tetap tersenyum, ia ingin terlihat baik di depan Rana. Juga, ingin tebar pesona dengan cewek-cewek gemas di sekolah ini.

"Rana sayang, ayo pulang bareng Abang," ucap Jayden masih dengan senyum manisnya, merangkul bahu Rana.

Rana menggeliat bak cacing, dia mengucap istighfar terus-menerus seperti ditempeli makhluk halus. "Astaghfirullah, astaghfirullah."

LOVE HATERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang