18 - Jayden Merana

46 5 0
                                    

18. JAYDEN MERANA

"Kemarin Isagi nginep di rumah gue," kata Rana membuat mata ketiga temannya serentak menoleh ke arah gadis itu.

"SERIUS?" Karin terkejut.

Rana manggut-manggut. "Ya, serius. Dia nginep di kamar Bang Jay."

"Kamu enggak bohong, kan?" Karin bertanya lagi. "Kok bisa gitu, Ran? Bang Jay kenal?"

"Oh yah, Rahsa juga kemarin nginep di rumah gue, Ran. Tidur di kamar gue pula sambil ngajakin gue nikah," sambar Yosika sebelum Rana berhasil menjawab pertanyaan Karin.

Rana merengut. "Mustahil."

"Yep! Tepat sekali, seperti ucapan lo sebelumnya. Yakali Isagi nginep rumah lo. Lo jangan-jangan dah mulai naksir laki gue ya? Kenak kan lo pesona dia!" Yosika berseru ketus.

"Ah, gue serius, sat. Dia beneran di rumah gue kemarin, makan siang di sana juga." Rana berkata lagi, bermaksud agar teman-temannya percaya kenyataan yang tampak mustahil ini.

"Aku percaya kok, Ran," ujar Karin dengan mata berbinar-binar. "Dari kejadian topeng monyet aja aneh Isagi ada di lingkungan rumah Rana. Kenapa kali ini terlihat mustahil? Semua bisa aja terjadi." Karin sok bijak.

"Hadeh, Karin, semua info tuh jangan lo telen mentah-mentah. Semua yang diomongin orang-orang lo percaya. Si Rana mah membual doang anjir. Jangankan nginep, dia kenal Rana aja gue kagak percaya. Rana itu haters dia kalo lo lupa. Ngapain artis nginep di rumah hatersnya?" tutur Yosika dengan menggebu-gebu.

"Gue percaya aja kok. Yang mustahil itu Song Kang nginep di rumah Rana." Tabita menimbrung.

"Makasih, Tab." Rana sudah memanyunkan bibirnya, hendak mencium Tabita. Tapi Tabita buru-buru menghindar.

Sedangkan Yosika masih tetap pada pendiriannya. "Orang-orang kayak lo pada nih, yang jadi sasaran empuk tukang tipu."

"Ye, si Monyet. Kemarin enggak dikasih tau ada Isagi deket rumah gue ngamuk, sedangkan ini gue kasih tau Isagi nginep rumah gue malah enggak percaya. Mau lo apa, sih?"

"Mau gue?" Yosika berpikir, lalu berkata, "Mau gue sekarang adalah jajan. Cabut yuk, capek juga dengerin omong kosong Rana."

Rana menghela napas, tapi dia juga berdiri, ikut berjalan menuju kantin.

****

Jayden berdiri di sebelah mobilnya tepat di depan sebuah salon kecantikan mewah. Mata Jayden menelisik sekitar hingga netranya menangkap seorang perempuan keluar. Senyum perlahan mengembang di wajah Jayden. Namun selang dua detik kemudian, senyumnya lenyap digantikan raut heran saat seorang laki-laki dewasa ikut keluar. Wajahnya tersenyum sembari fokus pada wajah Tasya, pacarnya.

Ada yang meledak-ledak di diri Jayden menyaksikan pemandangan itu. Belum lagi Tasya terlihat terus tertawa bersama laki-laki yang tidak diketahui Jayden siapa dia.

Sedangkan di sana, Tasya menangkap kehadiran dirinya. Ada raut terkejut yang ditampilkan. Tasya berbicara sebentar dengan laki-laki itu, entahlah Jayden tidak tahu apa yang sedang dibicarakan. Namun untuk beberapa detik laki-laki dewasa itu melirik ke arahnya, kemudian mengangguk pada Tasya.

Tasya berlari kecil menghampiri Jayden, wajahnya masam, 180 derajat beda sekali dengan yang Jayden lihat beberapa detik lalu.

"Kamu ngapain ke sini?"

"Dia siapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Tasya, justru Jayden balik bertanya.

"Dia bos aku. Aku tanya kamu ngapain ke sini?" Tasya kembali bertanya, tapi Jayden mendengar nadanya meninggi.

LOVE HATERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang