5

551 54 0
                                    

Masih pov jennie ya!

______________________

Aku terbangun karena suara alarm. Aku mencoba meraihnya dan melihat jam.

Jam 7 pagi?? Dan di hari Sabtu?? Siapa yang menyalakan alarmku saat aku ingat tidak menyetelnya di akhir pekan ?? Sialan umpatku

Lalu seperti diberi aba-aba, Ibu masuk ke kamarku.

"Aku tahu kamu pasti sudah bangun sekarang. Dan jika kamu bertanya-tanya, akulah yang menyetel alarmmu," katanya padaku.

"Eomma! Kenapa eomma melakukan itu?? Ini hari Sabtu! Aku butuh tidur! Kepalaku sakit sekali, aku hanya ingin berbaring dan beristirahat ~~~" rengekku berharap Ibu akan pergi.

"Tidak nona muda, kamu harus bangun sekarang. Datanglah ke ruang makan dalam 30 menit dan jangan membuat ayahmu menunggu lebih lama lagi. Dia benar-benar tidak suka dengan apa yang terjadi tadi malam. Kenapa kamu pergi ke bar dan minum sampai larut malam dengan orang asing? Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?" Dia mulai menghujaniku dengan pertanyaan.

Aku mengambil bantal dan menutupi telingaku dengannya. Astaga suaranya lebih menyakitkan daripada mabuk ini!

"Eomma! Aku tidak minum dengan orang asing! Aku minum dengan teman-temanku!" jawabku.

"Oh ya? Lalu kenapa aku diberi tahu bahwa ada anggota baru di kelompokmu? Dan orang asing itu adalah orang yang mengantarmu pulang?" desaknya.

"Dia bukan orang asing! Dia menye-" Ucapanku terputus saat dia mengangkat tangannya, memberi isyarat agar aku berhenti.

"Berhentilah sekarang dan bersiap-siaplah. Kami akan menunggumu di ruang makan. Jangan membuat kami menunggu terlalu lama, kami punya tamu yang harus kau temui," dan setelah itu, dia meninggalkan kamarku.

"Argh!" teriakku lalu berjalan menuju kamar mandiku.

"Tamu? Pagi-pagi begini? Dan di akhir pekan?? Ya Tuhan, apa orang ini tidak tahu kalau tidak boleh mengunjungi seseorang di hari istirahatnya?? Apa mereka tidak punya kehidupan mereka sendiri yang harus diurus??" ucap batinku

Oke, ini cuma aku yang mengeluh karena mabuk berat. Rasanya kepalaku mau pecah. Aku tahu aku tidak mabuk berat tadi malam, aku hanya agak mabuk dan aku masih ingat semua yang terjadi malam itu. Mungkin minuman kita adalah pengkhianat.

Saat aku memutar ulang kejadian tadi malam, dari saat aku masuk ke bar, kemudian aku menari sendirian di lantai dansa, hingga ada orang menyebalkan yang mencoba menggangguku, lalu Lisa datang menyelamatkanku.

Lisa

Aku tak dapat menahan senyum yang terbentuk di bibirku saat mengingatnya; dari saat dia menyelamatkanku dari bajingan itu hingga saat dia mengantarku pulang tadi malam. Aku merasa aman saat dia ada di dekatku. Aku merasa bisa menyerahkan hidupku sendiri ke tangannya karena aku tahu dia akan melindungiku. Aku tidak tahu bagaimana dan mengapa aku merasa seperti ini, tetapi aku tahu kapan ini dimulai.

"Saat aku melihatnya berdiri di samping ayahku," kataku dalam hati.

Pikiranku kembali melayang pada hari ketika ayahku pulang dengan selamat. Seorang wanita muda berdiri di sampingnya, darah di pakaiannya, kelelahan dan stres tampak jelas di wajahnya meskipun ia berusaha menyembunyikannya dengan berdiri tegak dan menjaga wajahnya tetap datar tanpa ekspresi apa pun. Saat itu juga akj tahu bahwa dialah yang menyelamatkan ayahku.

Bertemu dengannya lagi tadi malam benar-benar mengejutkanku. Aku terus bertanya kepada ayahku tentang keberadaannya karena aku merasa tidak cukup berterima kasih kepadanya atas apa yang telah dilakukannya kepada keluargaku, tetapi ayahku berkata tidak perlu karena mereka hanya melakukan pekerjaan mereka. Namun, aku tahu bukan hanya itu alasannya. Kelompok mereka istimewa, aku baru mengetahuinya ketika Presiden sendiri yang meminta bantuan mereka. Itu adalah sebuah bantuan.

The Heiress and The Bodyguard [JENLISA] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang