26

1K 90 1
                                    

____________________
____________________

Lisa pov

Sudah seminggu sejak terakhir kali aku melihat Jennie, Seulgi, dan semuanya.

Aku membenamkan diri dalam pekerjaan. Aku bekerja sampai mataku tidak bisa lagi terbuka, dan sejak saat itu aku pulang ke rumah ayahku. Untung saja dia berada di suatu tempat di Amerika Utara, jadi dia tidak tahu aku sering berkunjung ke rumahnya. Bukannya dia tidak suka, tetapi dia akan menggangguku dan aku tidak punya energi untuk membicarakan apa pun yang sedang aku alami dengan siapa pun.

Jennie belum menghubungiku, dan aku juga tidak mencoba menghubunginya.

Aku hanya bosan dengan semua ini.. apa yang dikatakan Seulgi itu benar, dan aku telah merenungkan hidupku sejak percakapan terakhir kita.

Aku mendesah lalu bersandar pada kursi putarku.

Jennie.. dia.. dia berharga, dia berharga untuk semua rasa sakit yang selama ini aku rasakan.. tapi aku tidak pantas untuk menderita dalam hidup hanya karena aku mencintai seseorang yang hatinya sudah dimiliki orang lain..

Aku punya semua yang kuinginkan dalam hidup; perusahaan milikku sendiri, uang, wanita. Aku bisa mendapatkan apa saja! Tapi aku tidak punya satu hal yang paling kubutuhkan.

Dan aku menyedihkan..

Ponselku berdering dan ketika aku melihat layarnya, aku tidak menyangka dia meneleponku.

"Selamat siang, Nyonya Kim," sapaku.

"Begitu juga sayang, Jadi, bagaimana kabarmu?" tanyanya padaku.

Aku jadi menjalani hidup sengsara gara-gara putrimu.

Aku baik-baik saja. Kurasa aku sudah bisa menjalankan agensi tanpa ayahku yang selalu mengawasiku," aku terkekeh.

Dia tertawa di ujung telepon, dan aku ingat tawa Jennie karena kedengarannya sama..

"Jadi, apa yang bisa saya bantu, Nyonya Kim?" tanyaku padanya. Tidak biasa baginya memanggilku, dia selalu memanggilku Tuan Kim.

"Saya harap kamu tidak melupakan pesta akhir pekan ini?" tanyanya kepada saya.

Akhir pekan ini? Kurasa tak ada pesta bersama keluarga Kim di kalenderku.

Ketika aku memeriksa tanggal, saat itulah aku ingat..

"Oh, ini hari ulang tahun pernikahanmu! Maaf, aku agak lupa," kataku jujur.

"Tidak apa-apa, Lisa. Itu sebabnya aku menelepon, untuk mengingatkanmu. Jadi, aku akan menunggumu Sabtu malam ini, oke?" tanyanya padaku.

"Aku pasti akan datang," kataku pada Nyonya Kim.

"Baiklah kalau begitu. Aku tidak ingin menelpon u lebih lama lagi, aku tahu kamu orang yang sibuk. Sampai jumpa Lisa" dia lalu memutuskan sambungan telepon.

Sebuah pesta, ya?

Kurasa kita akan bertemu nanti, Jennie.

_______________

"fuck Lisa! Terus lakukan itu!" teriaknya keras saat aku menghentakan vaginanya dengan keras.

Aku menjilati telinganya, lalu aku mengisap bagian lehernya, sambil memastikan tidak ada bekas ciuman.

"Ohhh sialan! Kau sangat jago sekali ! Aku merindukan penismu!" katanya lalu dia memegang kepalaku dan menciumku dengan keras.

Ciuman kami menjadi tidak rapi sementara kami saling bercinta seperti kelinci. Kakinya melingkari pinggangku dengan erat sementara tangannya menyusuri punggungku.

The Heiress and The Bodyguard [JENLISA] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang