-----------
--------------"Lisa!" teriak Jennie lalu ia terbangun. Ia terkejut saat merasakan ada lengan yang melingkari tubuhnya.
"Ssstt... Aku di sini," kata Lisa dengan suara mengantuk. Jennie berbalik dan melihat wanita itu berbaring telanjang di tempat tidur. Punggungnya yang mulus dan berotot terlihat jelas, hanya bagian bawah tubuhnya yang ditutupi seprai satin.
Jennie meringkuk lebih dekat ke tubuh Lisa yang hangat dan menarik seprai untuk menutupi mereka berdua. Dia merasakan tangan Lisa mulai merasakan tubuhnya, tangan itu bergerak dari pinggangnya ke dada kirinya dan mulai meremasnya perlahan.
"Apakah aku benar-benar memelukmu sekarang? Katakan aku tidak sedang bermimpi, Jennie," kata Lisa di telinganya. Telinganya adalah salah satu bagian tubuhnya yang paling sensitif dan Lisa pasti tahu apa yang sedang dilakukannya dan bagaimana hal itu memengaruhinya.
"Hmmm..." Jennie mengerang pelan. Namun, dia menghentikan Lisa sebelum keadaan menjadi lebih panas. "Aku harus pergi," kata Jennie.
"Kau masih mau pergi?" tanya Lisa terkejut
"Kau boleh ikut denganku. Aku yakin kau tidak akan pernah mengizinkanku pergi tanpamu di sisiku," kata Jennie.
"Persetan aku mengizinkanmu setelah apa yang terjadi tadi malam! Tapi apakah kau benar-benar harus pergi?" tanya Lisa pada Jennie.
Jennie berbalik sehingga mereka berhadapan sebelum menjawabnya. "Aku mau bertemu seseorang."
Alis Lisa berkerut saat mendengarnya. "Jangan bilang kau sudah selingkuh?" candanya. Jennie mengangkat alisnya sebagai balasan.
"Aku hanya bercanda," Lisa tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Jennie, namun Jennie justru membelakanginya sehingga ciumannya mendarat di pipinya.
"Kau tahu aku bisa bersama siapa saja sekarang, aku tidak harus 'berkencan secara eksklusif' denganmu," kata Jennie. Giliran Lisa yang tercengang saat mendengarnya.
"Ya Tuhan! Kau harus melihat wajahmu!" kata Jennie sambil tertawa.
"Astaga, wanita ini. Kurasa aku harus menjagamu 24/7 lagi," kata Lisa. Ia mengecup pipi jennie hingga ke lehernya. "Menurutmu aku bisa menjadi pengawalmu lagi?" Lisa bergumam sebelum menggigit tulang belikat Jennie.
"Aku tidak mau berkencan dengan seseorang yang bekerja untukku," kata Jennie sambil membelai rambut Lisa.
"Aku tahu," Lisa setuju. Ia mencondongkan tubuhnya dan menggunakan sikunya sebagai tumpuan lalu menatap mata Jennie. "Kita perlu bicara."
"Aku tahu," giliran Jennie yang setuju. "Tapi kita bisa melakukannya setelah aku bertemu orang ini," kata Jennie.
"Apakah itu alasanmu tidak pernah berkencan denganku?" tanya Lisa padanya.
"Entahlah... Yang aku tahu, kamu tidak pernah bertanya padaku," kata Jennie.
"Boleh aku tahu kau mau bertemu dengan siapa dan kau tidak mau ditemani siapa pun?" tanya Lisa saat ia teringat bahwa Jennie bersikeras ingin pergi sendiri kemarin.
"Kau akan tahu saat kita sampai di sana," kata Jennie. Ia melingkarkan lengannya di bahu Lisa lalu berkata, "sekarang, tidakkah kau pikir kita perlu mengejar ketertinggalan selama enam tahun yang telah kita lalui?"
"Setuju," hanya itu yang Lisa katakan sebelum ia menyambut ciuman yang ditawarkan wanita cantik di hadapannya.
------------
"Di sini kau akan bertemu dengan orang misterius itu?" Lisa bertanya pada Jennie saat mereka tiba di alamat yang disimpan Jennie di GPS-nya.
Mereka berada di sebuah hotel pribadi kecil. Meskipun dia bisa mengerti Jennie ingin memiliki privasi, tapi mengapa di hotel?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heiress and The Bodyguard [JENLISA]
Hành độngLalisa Manoban Seorang agen, dan bukan sekadar agen biasa. Dia adalah yang terbaik dari yang terbaik, berikan dia misi dan harapkan tingkat keberhasilan 100%. Kegagalan bukanlah pilihan. Dia telah membunuh banyak orang, dan menyelamatkan banyak oran...