S2- 13

803 108 2
                                    

--------------
------------------

Jennie pov

Sudah berapa lama aku menatap ponselku, sambil mempertimbangkan apakah akan meneleponnya sekarang atau menundanya untuk nanti?

"Baiklah.. Aku akan meneleponnya demi putriku." Aku mendesah sebelum menarik napas dalam-dalam lagi, mencoba menenangkan sarafku.

Meneleponnya tidak pernah sesulit ini..

"Tapi situasi kita sekarang berbeda dari sebelumnya. Ya Tuhan aku benar-benar harus menyelesaikan ini..!" kataku dengan frustrasi.

Aku, sekali lagi, menelusuri daftar kontakku dan ketika aku melihat namanya, aku menekan tombol panggil.

Aku seharusnya tidak pernah menyimpan rincian kontaknya saat dia membawa putriku pertama kali..

Tepat setelah dering kedua, aku mendengar suaranya di seberang telepon.

"Jennie? Ada apa?" kudengar dia bertanya.

Setiap kali dia menjawab teleponku, hal pertama yang ditanyakannya adalah apakah ada masalah.

"Bisakah kamu datang?" Namun, aku tahu aku tidak perlu menanyakan hal itu padanya karena dia akan dengan senang hati datang kapan saja.

"Maksudmu sekarang?" tanya Lisa padaku.

"Jika kamu sedang melakukan sesuatu yang penting, kamu bisa-" Aku tak dapat menyelesaikan perkataanku ketika Lisa menyela.

"Tidak, beri aku tiga puluh menit," kata Lisa.

"Kamu tidak punya t-"

"Jennie," dia menghentikanku sekali lagi. "Aku akan sampai di sana dalam 30 menit," Lisa meyakinkanku.

Ada nada mendesak namun pada saat yang sama kelembutan dalam nada bicaranya saat mengucapkan kata-kata itu. Dan akan menjadi munafik jika aku mengatakan bahwa aku tidak merindukan nada bicara itu.

Jika saja situasi kita berbeda dari yang kita alami sekarang..

"Baiklah.. kalau begitu aku akan menunggu dalam 30 menit," aku mengakhiri panggilan kami sebelum menjatuhkan diri di tempat tidur.

Astaga! Kenapa jantungku berdebar kencang sekali? Dia ada di sini tadi malam dan aku mengusirnya tanpa masalah.. tapi panggilan telepon yang bahkan tidak berlangsung semenit pun membuatku seperti ini?? Sadarlah, Jennie!

“Mommy!” Aku terkejut ketika Ella berlari masuk ke kamarku.

"Baby Kau bisa membuat mommymu kena serangan jantung!" kataku sambil memegang dadaku.

"Mommy sudah meneleponnya????" Ella bertanya padaku dengan penuh semangat.

"Ya, Mommy baru saja selesai berbicara dengannya di telepon," kataku kepada putriku.

"Aaaaanndddd???"

"Dia akan tiba dalam 30 menit." Aku menggendongnya dan mendudukkannya di pangkuanku.

Ella mulai menghitung dengan jari-jari kecilnya.

"1, 2, 3, 4, 5... 5... 5... 6, 7, 8, 9, 10...." lalu dia menatapku dengan mata sedih. "Aku hanya punya 10 jari...." kata Ella sambil cemberut.

Aku tertawa melihat betapa menggemaskannya putriku.

"Sayang, bukan seperti itu cara menghitung waktu." Aku berdiri dari tempat tidur sambil menggendongnya. "Ayo, kita tunggu dia di taman."

"Boleh aku minta kue??" kata Ella sambil melingkarkan lengan mungilnya di leherku.

"Tentu saja. Dan susu juga kalau kau mau?"

The Heiress and The Bodyguard [JENLISA] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang