-----------------
--------------------Jennie pov
Bagaimana mungkin pagiku yang sempurna bisa hancur begitu saja saat aku melangkah masuk ke dalam perusahaanku.
*Flasback*
Aku terbangun dari tidurku ketika mendengar pintu kamarku terbuka dan terdengar suara langkah kaki kecil mendekati tempat tidurku.
Tak sampai semenit pun berlalu, aku merasakan sisi tempat tidurku yang kuhadapi tertekuk dan sesosok tubuh mungil masuk ke balik selimutku dan bersandar di dadaku. Aku melingkarkan lenganku di tubuh mungil putriku dan menghirup rambutnya.
"Selamat pagi, Sayang. Baby ngapain di sini?" tanyaku pada putriku yang sudah merasa nyaman di tempat tidurku.
"grandma memintaku untuk membangunkan mommy. Katanya grandma sudah menyiapkan sarapan untuk kita," jawab putriku.
"Tapi baby tidak membangunkan mommy. Baby hanya berbaring di tempat tidur mommy?" kataku sambil tersenyum.
"Aku hanya ingin berbaring denganmu mommy. Tempat tidur mommy nyaman," jawab Ella.
"Kenapa? Tempat tidur baby tidak nyaman?" Semua tempat tidur di rumah ini, termasuk yang ada di kamar tamu kami, semuanya berkelas tinggi. Jika dia mengatakan tempat tidurnya tidak nyaman, itu artinya kami harus mengganti semua tempat tidur di sini.
"Aku rindu tempat tidurku," kata Ella dengan suara kecil.
Aku menghela napas dalam-dalam perlahan-lahan agar dia tidak menyadarinya.
Sudah seminggu sejak kami tinggal di rumah orang tuaku. Keesokan paginya setelah malam itu bersama Lisa, aku terserang flu. Mungkin karena aku menangis hampir sepanjang malam di atas sofaku dengan tubuh telanjang bulat. Aku tidak bisa bergerak untuk menenangkan diriku saat itu.
Orang tuaku meminta kami untuk tinggal sementara di rumah mereka agar mereka bisa menjaga Ella dan aku. Aku tidak mau berdebat dengan mereka karena aku sangat berantakan saat itu. Ella selalu memeriksa keadaanku, terkadang dia hanya bermain dengan tenang di kamar tidurku. Di usia muda, dia sudah menunjukkan sifat peka terhadap lingkungannya, meskipun ada saat-saat di mana sifat kekanak-kanakan dalam dirinya terlihat dan aku menyukai setiap momennya, bahkan saat dia mengamuk, karena dia masih anak-anak dan aku ingin dia menjadi dan bertindak seperti anak-anak lain seusianya.
"Apakah baby ingin kembali ke apartemen kita?" tanyaku kepada putriku.
"Tapi aku akan merindukan grandpa dan grandma lagi. Beda dengan saat aku tinggal di sini dan grandpa akan menjemputku sepulang kerja, sekarang kita di sini dan aku bisa mencium mereka setiap malam dan setiap pagi," jawab putriku.
"Hmm.. kalau begitu kita tinggal di sini dulu untuk sementara, lalu tempat tidurmu akan mommy pindahkan ke kamarmu, tidak apa-apa?" usulku.
"Benarkah? Terima kasih, mom! Mommy memang yang terbaik!" katanya sambil tersenyum.
Aku tertawa sebelum mencium bibirnya yang menunggu.
"Ayo, kita bangun. Nenekmu pasti akan mengetuk pintu sebentar lagi karena kamu belum turun."
*Flasback off*
Dan kemudian Lisa terjadi. Sejujurnya, aku tidak ingin ada hubungan apa pun dengannya. Selama kami bertemu, aku selalu berakhir menangis dan aku tidak ingin itu terjadi lagi.
Untuk kewarasan saya sendiri.
Aku menarik napas dalam-dalam sebelum fokus pada pekerjaanku. Semua orang sibuk melakukan pekerjaan mereka karena kita sedang dalam laporan tinjauan manajemen triwulanan dan aku harus berada dalam kondisi terbaikku jika ingin fokus pada rapat yang akan datang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heiress and The Bodyguard [JENLISA]
ActionLalisa Manoban Seorang agen, dan bukan sekadar agen biasa. Dia adalah yang terbaik dari yang terbaik, berikan dia misi dan harapkan tingkat keberhasilan 100%. Kegagalan bukanlah pilihan. Dia telah membunuh banyak orang, dan menyelamatkan banyak oran...