____________________
____________________Lisa pov
Jauh dari Jennie terbukti sangat menyiksa. Aku ingin menemuinya, meneleponnya, tetapi aku selalu menahan diri karena aku tahu bahwa saat mendengar suaranya, aku akan segera naik pesawat untuk kembali ke Korea.
Aku menghabiskan dua minggu di Thailand dengan menghabiskan waktu di kantor pada siang hari dan malam hari di Gym sehingga saat tiba di rumah, aku hanya perlu tidur karena kelelahan. Karena jika tidak, aku akan menghabiskan malam memikirkannya dan itu akan menjadi siksaan.
Aku sudah terbiasa terbangun tiap pagi dengan dia mendekapku dalam pelukanku, rambut acak-acakan karena hubungan gelapku semalam, dengkurannya pelan yang selalu kuanggap lucu, dan caranya mengernyitkan hidungnya tiap kali aku mencium keningnya sebelum mandi pagi.
Aku tidak bisa membayangkan diriku sendiri tanpa dia lagi... dan aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mengambilnya dariku.. kecuali Jennie menginginkannya.
Jadi, aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku padanya saat aku kembali dari Thailand.
Jika dia menerimaku, aku akan selamanya bersyukur kepada surga karena telah memberikannya padaku.
Jika tidak, maka aku akan menghargai semua kenangan yang telah kita lalui bersama, dan menghabiskan sisa hari-hariku untuk mengenangnya kembali, dari hari pertama aku melihatnya berlari menuruni tangga megah hingga saat terakhir kali aku akan melihat wajah cantiknya.
Hanya memikirkan penolakannya terhadapku saja sudah membuat hatiku sakit tak terkira. Namun, jika suatu hari dia menemukan cinta sejatinya, aku akan menerimanya dengan senyum di wajahku, betapapun pahitnya senyum itu, karena aku tahu dia akhirnya menemukan kebahagiaannya yang sejati.
"Ms Manoban?" Aku tersadar dari lamunanku saat mendengar namaku dipanggil.
Aku melihat dewan direksi dan sekretaris ku menatapku, menunggu komentarku mengenai presentasi yang telah mereka bagikan.
Aku berdeham sebelum menjawab. "Aku akan memeriksa laporanmu dan akan menjadwalkan pertemuan lain untuk membahas hal ini lebih lanjut. Pertemuan ditunda."
Para direktur meninggalkan ruangan satu per satu, tetapi aku mendengar mereka bergumam satu sama lain. Aku tidak bisa menyalahkan mereka, cukup jelas aku tidak memperhatikan apa pun yang mereka bicarakan.
Sebelum meninggalkan ruang meeting, aku menoleh ke sekretarisku. "Saya ingin notulen rapat ada di meja saya sebelum Anda pergi malam ini. Selain itu, mohon berikan juga ringkasan terperinci tentang apa yang terjadi beberapa waktu lalu."
Aku tidak menunggu jawabannya. Aku kembali ke kantor untuk mengambil ponsel dan memeriksa apakah ada yang meninggalkan pesan, tetapi ternyata tidak ada.
Senyum tipis tersungging di bibirku saat melihat wallpaper-ku. Itu adalah foto Jennie dan aku saat kami pergi ke Asiatique.
"Aku merindukanmu, Jennie," kataku kepada siapa pun.
Seperti aku, dia tidak menghubungiku selama dua minggu terakhir. Mungkin karena dia juga menahan diri karena satu alasan yang juga aku alami.
"Dua hari lagi.." Aku menaruh kembali ponselku di meja dan sekali lagi membenamkan diriku dalam pekerjaan.
Lisa pov end
___________________
Jennie pov
"Aishhh! Aku tidak tahan lagi!" Aku menghabiskan margaritaku lalu membanting gelasku ke meja.
"Hei hei! Tenanglah, gadis! Apa yang merasukimu?" Kudengar seseorang berkata dan saat kulihat sekeliling, kulihat teman-temanku menatapku dengan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heiress and The Bodyguard [JENLISA]
ActionLalisa Manoban Seorang agen, dan bukan sekadar agen biasa. Dia adalah yang terbaik dari yang terbaik, berikan dia misi dan harapkan tingkat keberhasilan 100%. Kegagalan bukanlah pilihan. Dia telah membunuh banyak orang, dan menyelamatkan banyak oran...