CHAPTER 34: Konflik Arjuna

111 10 2
                                    

Subhadra mengangguk dan membuka mulutnya untuk mengonfirmasi, namun saat ia hendak mengatakan sesuatu, ucapannya disela oleh kehadiran Pandawa Ketiga kita yang agung, Arjuna. Yang sudah lelah dikesampingkan dan diabaikan oleh kepentingannya dan tentu saja hanya mendengar tentang pelajaran, menjadi marah... dan tidak dapat mengendalikan diri dan ikut campur dalam pembicaraan...

"Rajkumari, kau tidak perlu belajar ilmu silat dari orang-orang brengsek itu. Lagipula, aku bisa mengajarimu ilmu silat yang jauh lebih baik. Siapa yang lebih hebat daripada Rajkumar dari Hastinapura?", kata Arjuna sambil mencibir pada kedua prajurit itu.

Karna yang berdiri di samping Magadhraj yang bertopeng tidak dapat mengendalikan dirinya, "Ya, Rajkumari. 'Orang-orang brengsek' ini.." katanya sambil menunjuk ke arah dirinya dan Bhagi, "adalah orang-orang yang benar-benar mengalahkan Bhisma yang Agung dan Rajkumar Arjuna yang agung dari Hastinapur." Selesai Karna sambil membanggakannya.

Bhagi mengerutkan kening mendengarnya tetapi sebelum dia dapat bereaksi lebih jauh, Arjuna yang sudah dipenuhi amarah yang terkumpul dari pertarungan itu telah mengeluarkan pisau dan menyerang Karna, "BERANI SEKALI KAMU!!!"

Namun, Karna untungnya karena instingnya memegang bagian tajam pisau yang menyebabkan darah mengalir. Begitu Bhagi melihat darah, matanya memerah dan dia mendorong Rajkumar Arjuna menjauh dari Karna. Pada saat yang sama, semua bangsawan datang ke arah mereka dan hanya melihat Magadhraj mendorong Rajkumar mereka. Bhisma segera pergi dan mengambil pedang prajurit yang berdiri dan mengarahkannya ke leher Indrasen yang berdiri diam sambil memahami gawatnya situasi dan tidak ingin memperburuk keadaan.

“Beraninya kau menyerang seorang pangeran!?” tanya Kunti yang berdiri di samping Arjuna memastikan dia baik-baik saja.

Bhagi melotot ke arahnya, "Aku tidak akan menyerang 'pangeran kesayanganmu' kalau saja dia tidak menyerang temanku terlebih dahulu!".

Dron juga menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak! Arjuna tidak akan pernah melakukan ini! Dia tidak seperti kalian, kasta rendah!"

Duryodhana yang berdiri di samping kedua sahabatnya akhirnya angkat bicara.

“Hmm, mengapa kita tidak bertanya kepada Dharmaraj yang agung

"Di sini, kalau begitu? Melihatmu mungkin tidak akan ada orang lain yang percaya!", kata Duryodhana setelah berpikir sejenak sedikit.

Bhisma mengangguk dan memerintahkan Yudhistira untuk menceritakan seluruh kejadian. Mendengar kejadian itu Dron hanya menggelengkan kepalanya. Sementara itu Kunti yang berdiri diam menatap tajam ke arah Arjuna, "Tidak apa-apa. Kesalahan memang bisa terjadi. Dia hanya anak kecil."

Hampir semua bangsawan yang hadir di sana menggelengkan kepala tanda setuju. Namun, salah seorang yang hadir di sana menimpali dengan senyum licik, "Tetapi Pangeran telah melanggar aturan Hastinapura yang sangat penting. Ia telah menyerang seorang tamu, bukankah itu pelanggaran yang dapat dihukum?"

Dron menggertakkan giginya, "Ya, memang begitu. Tapi dia adalah seorang Pangeran dan terlebih lagi seorang DevPutra. Dan orang-orang ini hanyalah kasta rendah!"

Bhagi menjadi marah dengan hal itu dan memegang ujung tajam pedang itu dengan tangannya dan menurunkannya sambil melotot ke mata Bhisma yang masih mengalungkan pedangnya di leher Bhagi.

“JANGAN LUPA DRON!! Kasta rendah ini adalah Raja Ang! Dan Arjuna-mu hanyalah seorang pangeran yang lemah lembut. Jika Hukuman tidak diberikan, percayalah, Seluruh Pasukan Magadh akan berada di gerbang Hastinapur!!" Kata Bhagi sambil menggertakkan giginya mencoba mengendalikan amarahnya.

Bhisma yang berdiri sambil menatap pedangnya, "Kau akan memulai perang gara-gara masalah sepele ini?"

"Tolong...aku telah melihat kehidupan diambil sebagai sesuatu yang lebih kecil lagi," Bhagi meraung keras.

MAHABARATA TIME TRAVEL (TERJEMAHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang