CHAPTER 37: REUNI SUYO DAN JIJI-NYA

80 11 2
                                    


"Mata?", ucap sebuah suara dari pintu mengagetkan keduanya.

Bhagi segera mengambil topeng yang telah diturunkannya dan melihat ke arah lain. Namun, tidak ada gunanya, si penyusup sudah cukup melihatnya. Ia masuk perlahan, air mata membasahi matanya. Ia melihat ke arah Gandhari Mata dan berkata, "A-aku datang untuk memberitahumu bahwa k-kakek memanggilmu... mata..." suaranya menghilang saat ia perlahan pergi dan berdiri di depan Bhagi yang wajahnya hanya tertutup sampai mata, rambutnya terbuka...

Duryodhana menarik napas dalam-dalam dan bertanya tanpa melihat ke arah Gandari, "Mata... Ini. Kheer ini, katamu - kau bilang akan memberikannya kepada putrimu, Jiji-ku saja... kau bahkan tidak memberikannya kepadaku saat aku memintanya.." Akhirnya ia melihat ke arah ibunya dan bertanya, suaranya bergetar, "Mata.. apakah ini Jiji-ku, Mata? Tolong beritahu aku? Tolong.. Tolong.."

Gandhari mendengar keputusasaan dalam suara putranya, melihat ke arah topeng itu dan memohon dengan matanya. Bhagi tidak tahu harus berbuat apa... dia ragu-ragu sebentar, dan Gandhari menganggap keraguan itu sebagai 'Tidak'

"Tidak, Suyo.. Ini bukan..." saat Gandhari hendak melanjutkan, Duryodhana berteriak menyela di tengah jalan. "TIDAK!! AKU MELIHAT-AKU MELIHAT DENGAN KEDUA MATAKU SENDIRI... JANGAN BOHONG PADAKU MAHARANI GANDHARI kau mungkin memakai penutup mata TAPI AKU TIDAK!!"

Yang kedua, Duryodhana mengucapkan kata-kata itu, Bhagi bangkit berdiri, topengnya sudah lama terlupakan dan menampar Duryodhana begitu keras hingga kepalanya menoleh ke arah lain, matanya terpejam, "BEGINILAH CARA KAMU BICARA DENGAN MATA SUYODHANA-MU?! HUH?! JAWAB AKU!!"

Duryodhana tidak berkata apa-apa selama beberapa detik, pipinya basah oleh air mata. Ia menatap orang yang menamparnya, matanya merah, Ia melangkah maju dan Bhagi menyipitkan matanya, mungkin bersiap untuk menyerang tetapi Duryodhana mengejutkan kedua wanita itu saat ia berlutut dan meletakkan kepalanya di atas kaki Bhagi, sambil menangis. Bhagi menatap Mata Gandhari yang sedang duduk di tempat tidurnya dengan senyum di bibirnya, mengetahui bahwa isak tangisnya bukan karena kesakitan tetapi karena kebahagiaan.

Seluruh tubuh Duryodhana bergetar saat isak tangisnya terus berlanjut. Bhagi segera tersadar dari keterkejutannya dan membungkuk sambil berlutut dan mulai membelai rambut Duryodhana, "Suyo, tenanglah, tenanglah, tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja. Bangun, ayo, Suyo, bangun.."

Duryodhana menggelengkan kepalanya dan terus menangis tersedu-sedu, namun perlahan tapi pasti tangisannya mulai mereda... ia menarik napas dalam-dalam dan mendongak, masih berlutut... "Jiji?"

Bhagi hanya melihat ke arah lain dan berdiri, "Tidak, Duryodhana, aku-aku bukan Jiji-mu?"

Duryodhana hanya menggelengkan kepalanya dan menyentuh kakinya, air matanya mengalir di pipinya dan jatuh di kakinya seolah-olah seluruh keberadaannya menyambutnya, "tolong... a-aku sudah lama menunggu. Tolong... Sejak aku masih kecil, aku bertahan meskipun tidak menerima apa pun kecuali kebencian dan kelalaian dari semua orang selain Mata-ku, dengan h-harapan sederhana bahwa Jiji-ku akan d-datang dan mencintaiku... akan memberiku semua cinta yang telah direnggut dunia ini dariku... tolong. Jangan berbohong, tolong. Aku tidak tahan lagi"

Bhagi tersentuh oleh kata-katanya, satu-satunya hal yang menghentikan adalah janjinya kepada Gurudevnya, tetapi melihat kondisinya, dia tidak tahan dan menutup matanya, 'hei mahadev, bimbinglah aku. Apa yang harus aku lakukan. Apa yang harus aku lakukan.'

Tepat saat ia tengah merenung, sebuah suara bergema di benaknya, 'Tetaplah bersama Kebenaran Putri.'

Bhagi tersenyum mengenali suara itu, 'Terima kasih, Mata. Aku tahu kau akan selalu membimbingku ke jalan yang benar'

Bhagi membuka matanya dan menatap ke arah Mata Gandhari yang penutup matanya bernoda air mata, lalu ke arah Duryodhana yang masih berlutut memegangi kakinya sambil meneteskan air mata... Ia segera mengulurkan tangannya dan membelai rambut Duryodhana, "Suyo?" panggilnya penuh kasih sayang.

MAHABARATA TIME TRAVEL (TERJEMAHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang