33. Hujan dan Rasa

5.1K 233 12
                                        

selamat membaca semua dan semoga suka❤️

FOLLOW DULU BOSSS!

RAMEIN KOMEN KALIAN SEBANYAK-BANYAKNYA DI TIAP PARAGRAF🔥

JANGAN LUPA VOTE🔥

───

HAPPY READING

───

33. HUJAN DAN RASA

•••

Pukul tujuh malam, hujan semakin lebat mengguyur tanah. Suara rintik itu mengisi kesunyian yang menekan di ruang tamu. Angin yang berdesir pelan merembes masuk melalui celah jendela, sementara detakan jam yang berulang dan suara televisi yang tidak berguna seolah menjadi teman yang tak di inginkan dalam kesepian. Walaupun layar itu menayangkan hiburan, kecemasan yang menggelayuti hatinya tidak juga surut, malah semakin menguat.

Suasana terasa begitu sunyi, seperti tengah malam yang pekat meskipun jam baru saja menunjukkan pukul tujuh. Tidak ada kendaraan yang lewat dan tidak ada suara langkah kaki orang-orang. Camilla menatap layar telepon genggamnya, seakan itu bisa memberikan petunjuk tentang keberadaan anak gadisnya.

Elvano muncul dari dapur sambil melangkah ringan meskipun suasana hatinya juga berat. Dengan secangkir kopi di tangannya, ia menghampiri Camilla yang terkulai di sofa. Piyama yang di kenakannya tampak rapi, namun matanya tampak lebih gelap.

"Ada kabar dari Rana, Bun?" tanya Elvano duduk di samping Camilla, berusaha tersenyum yang terasa hampa.

Camilla hanya menggelengkan kepala, "Nggak biasanya dia nggak ngabarin," lirih Camilla merasa seolah ada yang hilang. Sejak kecil, Rana selalu pulang tepat waktu dan selalu mengabarinya, bahkan ketika hanya keluar beberapa menit. Tapi kali ini, gadis itu pergi tanpa meninggalkan pesan.

Elvano menaruh cangkir kopi di atas meja, lebih dekat kepada Camilla. Ia mengusap lengan wanita itu dengan lembut, "Mungkin baterai hp Rana habis, Bun. Kamu jangan khawatir, sebentar lagi pasti dia pulang," kata Elvano berusaha meyakinkan, walau hatinya juga resah.

Namun, perkataan Elvano tidak dapat menenangkan Camilla. Perasaan cemas semakin menguat.

Sudah bertahun-tahun Camilla telah merawat Rana dan selama itu tidak pernah ada kejadian seperti ini. Rana selalu mengabari jika ada sesuatu yang terjadi. Camilla tahu betul, gadis itu bukan tipe orang yang ceroboh, apalagi sampai melupakan hal-hal kecil seperti mengisi baterai ponsel. Perasaan tidak beres semakin mengganggu pikirannya.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu itu terdengar keras di tengah keheningan membuat Camilla dan Elvan seketika menoleh ke arah pintu. Camilla yang awalnya tenggelam dalam kecemasan, segera bangkit dari sofa dengan hatinya berdebar tidak menentu. Ia berlari kecil dengan cepat menuju pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat sosok gadis muda yang tampak kelelahan, masih mengenakan seragam sekolah.

"Kamu darimana aja, sayang? Kenapa nggak ngabarin Bunda sama Ayah?" tanya Camilla cemas dengan nadanya yang memelas.

Rana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf, Bunda, hp Rana mati jadi nggak bisa kabarin Bunda sama Ayah," jawabnya menunjukkan ponsel miliknya yang mati total.

THE SIXTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang